Keragaman latar belakang kebudayaan pada setiap individu, memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap gaya hidup, serta pensikapannya.
Background yang tumbuh dan berkembang pada individu tersebut, tidak lantas bersifat konstan. Hal tersebut, memberi sebuah simpulan, bahwa untuk urusan psikis memang sangatlah dinamis.
Soal sikap, semua tergantung pada konteks apa yang tengah berlangsung. Manusia selalu elastis dalam menghadapinya.
Naik-turun suasana jiwa manusia, sejatinya merupakan hal yang amat lumrah. Terkadang kita bisa melihat, manusia yang amat ramah di satu sisi, dan juga kita pun sanggup menatap manusia yang amat marah di sisi lainnya.
Dua sisi yang berlawanan, antara ramah dan marah itu, pun kerap diborong oleh satu individu dalam per-waktunya. Yang jelas, semua tetap sama, yaitu berakar dari pensikapan yang memiliki bumbu latar belakang kebudayaannya.
Berniat untuk menghilangkan sikap marah yang memiliki kandungan negatif pada manusia, adalah pekerjaan yang impossible. Manusia hanya punya satu opsi, ialah menahannya. Menahan untuk tetap ramah, supaya kemudian tidak marah.
Ramah adalah suatu sikap yang bersarikan nilai positif. Siapapun akan menerima dengan bersahaja atasnya. Ramah merupakan perkakas universal kemanusiaan, yang paling tinggi harganya.
Sayang, nampaknya dalam masyarakat kita, jauh lebih banyak yang tau tentang hal tersebut, ketimbang melakukannya. Lebih banyak yang paham, dari pada berbiasa.
Barangkali, perlengkapan psikis masyarakat kita, sesekali perlu di setel manual, mbok ana bedane.
Barangkali, perlengkapan psikis masyarakat kita, sesekali perlu di setel manual, mbok ana bedane.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 17 Desember 2019.
Comments
Post a Comment