Skip to main content

Initial Noting: Ubah-Pasti.

Pada saat-saat tertentu, apa yang sempat kita anggap sebagai kebenaran, sanngat mungkin untuk kemudian berubah. Kebenaran dalam hal ini, bisa berkaitan dengan apapun. Baik dalam konteks keagamaan, maupun kemanusiaan.

Kenapa kebenaran bisa berubah? Sebab, manusia secara jiwa dan raga , akan terus menerus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal tersebut, secara otomatis akan merubah pola hidup (pikiran, perasaan, dan tindakan).

Sebagai contoh, kebenaran dalam konteks keagamaan, adalah kewajiban menegakkan sholat. Tidak sedikit orang yang pernah kita temui saat masih anak-anak, sangat rajin sholat, bahkan ada yang ber-ustadz/ah di Pesantren. Namun, saat dewasa, ia justru tidak menegakkan sholat. 

Contoh berikutnya, ialah dalam konteks kemasyarakatan. Banyak kita temui, orang yang dulunya sangat akrab, oleh berjalanya waktu malah justru bermusuhan. 

Itulah, sepercik dari banyaknya contoh nyata dari perubahan. Maka tidak heran, jika terdapat adagium yang mengatakan bahwa "yang pasti dari kehidupan adalah perubahan".

Menyadari akan kepastian adanya perubahan, dapat memberikan pemahaman kepada kita, bahwa tidak ada yang mesti di risaukan teramat dalam. Pun, tidak mesti, dibangga-banggakan terlampau melambung.

Semua yang ada dalam hidup ini, konteks keagamaan dan kemasyarakatan, adalah dua sisi mata uang, alias tidak bisa dipisah-pisahkan, karena itu sudah meng-integral. Seperti halnya, kata dan makna, antara "pasti" dan "ubah".

Dengan selalu menyadari, apa yang sudah kita bahas bersama diatas, seminimal-minimalnya, kita dapat menghadirkan harmoni, baik dalam kata, maupun behavior.

Kemudian,  semaksimal-maksimalnya, kita dapat untuk sadar penuh, akan ketidakmampuan kita, terhadap hidup yang serba uncertainty ini, dengan selalu memunculkan diksi "sandaran hati", dalam benak dan gerak.

Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 2 Desember 2019.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-