Hanya lampu kedai yang ternyata lebih paham sepertinya, akan sebuah jalan yang terbaik. Tirai jendela yang telah sekian lama tertutup, kini perlahan membuka misterinya.
Tanda titik, beralih menuju komanya. Mungkin, masih ada sisa dibalik lembaran tikar itu. Namun, hal tersebut bukanlah hambatan yang berarti.
Omong-omongan, nantinya akan menjadi teks deskripsi. Butiran-butiran rahasia, akan tersingkap seiring sejalan. Pun, pada cita yang dulunya membeku, akan mencair dengan sendirinya, mengikuti ritme alam yang ada.
Yang tidak akan pernah tertinggal disini, adalah angin Surakarta, beserta seluruh perangkat-perangkatnya.
Barangkali, apa-apa yang pernah terselip, nantinya akan menuai oasenya. Dan pada akhirnya, akan melebur ke seluruh penjuru jiwa. Terutama, jiwa yang selama ini memendam akan sebuah pertanyaan, "apa ada angin di Surakarta.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 28 Desember 2019.
Comments
Post a Comment