Skip to main content

Apa Ada Angin di Surakarta (36)

Sayup-sayup kendaran bermotor masih terdengar, namun tidak semeriah seperti pada jam sibuk. Megah dan tingginya Stadion Manahan Solo, menyaksikan dengan bisu, perjalanan kebudayaan berjuta-juta anak manusia.

Aktifitas yang lenggang disini, membawa benak pada pertemuan "itu". Sebuah temu yang pernah kita sama-sama sempatkan Sebuah temu yang sama-sama kita rindu dan kangenkan.

Jarak yang membentang, jelas menjadi pukulan telak, untukku menikmati indahmu persis dihadapan. 

Engkau dengan jelas tahu, bahwa tempat yang paling nyaman di kosmos raya ini, adalah saat dirimu dan diriku berhadapan.

Ditengah sesaknya rindu yang menetes di dada, betapa bersyukurnya diriku, karena Angin di Surakarta ini, dengan lembut nan mesra, tetap setia membersamai jiwaku yang sakau akan sapa manjamu itu.

Wallohu a'lam.
Surakarta, 6 Desember 2019.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-