Untuk bisa menuangkan segala rasa dan pikiran kedalam sebuah tulisan, terkadang menuai banyak sekali kesulitan. Tidak mudah, adalah kata yang kerap muncul. Tak mampu dipaksakan, merupakan simpulan yang acapkali hadir.
Kadang-kadang, satu kejadian menghasilkan satu jenis tulisan. Kadang merupakan kompilasi, atau malah hanya penggalan-penggalan peristiwa.
Tidak terkecuali, pertimbangan privasi menjadi hal yang problematis. Sebab, muka akam ditaruh dimana, jika keambyaran relung hati, oleh orang lain sanggup diketahui.
Ditengah dilema dan dinamika intrinsik yang melanda, terimakasih ku sampaikan kepada para musisi. Merekalah pahlawan yang lebih sering, mampu mewakili perasaan.
Nada, lirik, dan suaranya, sanggup memfasilitasi katarsis jiwa. Untuk kemudian melonggarkan otot-otot psikis yang tegang oleh ragamnya benturan kehidupan.
Itu salah satu saja, masih banyak fasilitas yang terhampar untuk bisa dijadikan "tong sampah", bagi hati yang terus-menerus menuju rindu ilahi.
Perjalanan "menuju" ini, tinggal memilih. Antara membelakangi, atau menatapi. Antara siap sedia atau dengan terpaksa.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 15 Desember 2019.
Comments
Post a Comment