Musim penghujan yang tengah mendera Republik kita ini, menyimpan penggalan kisahnya tersendiri. Dari politik nasional, isu ekonomi global, sampai asmara ABG yang kasmaran.
Memang, musim hujan bukanlah satu-satunya momentum yang mesra. Namun, dibalik musim yang terkesan dingin ini, menjadi satu dari sekian musim yang acapkali menuai "drama".
Masing-masing dari aktifisme masyarakat, barangkali terhambat. Namun, sisi lainnya justru moncer. Kita bisa melihatnya dari hal kecil, misalnya pedagang es, mie ayam, dslb., yang kerap berbanding terbalik, menuai laba di musim pengujan ini.
Dalam rentang perjalanan hidup masing-masing kita, pasti ada satu atau dua momen yang kemudian cukup menyita perhatian.
Sebagai "budak aplikasi", akhir-akhir ini saya lebih banyak berkesempatan untuk bertatap wajah dengan ragam warna kebudayaan, sampai keagamaan.
Dari perjumpaan kebudayaan itu, ada satu yang amat menggelitik benak untuk selanjutnya di "takhaduts bin nikmati".
Kisah romantic itu, datang dari sorot kebudayaan yang terpancar dari salah seorang ibu muda. Namanya Cristie. Dari namanya, barangkali ia adalah nonis.
Ibu muda ini, sangat ramah walaupun agak sedikit cerewet. Maklum, itu kan kodrat wanita.
Dibalik kecerewatan ibu muda tadi, ada sisi kehangatan yang hadir dikala gerimis mendera sudut Surakarta.
Adalah, permukaan wajah yang menaruh hati. Maksud saya, rasa tulus menyambut sebelum kehadiran saya dirumahnya, untuk perihal bussiness.
Rasa tulus itu, terpancar sampai menyentuh palung terdalam saya. Kenapa? Karena, itulah resonansi yang muncuk dari jiwa yang, sekali lagi kita sebut sebagai ketulusan.
Terlalu panjang barangkali, apabila saya kemudian menampilkan secara lengkap kejadian sore itu. Yang jelas, perkakas universal berupa kesantunan yang tulus, adalah perihal yang amat sangat urgen.
Dan, di era disrupsi yang tengah melanda. Kita betuk-betul tidak kehilangan, untuk tidak mengatakan tercerabut, dari kebudayaan "timur" kita, yang genuine.
Kehangatan yang nampak krisis dipermukaan, nyatanya ada disudut pelipis ibu cristie. Dan pastinya, terdapat di area lainnya.
Terakhir, yang akhir-akhir ini sedang gencar saya tagih adalah kehangatan yang memancar dari diri saya sendiri. Yang per-hari ini, lebih sering garang.
Terakhir, yang akhir-akhir ini sedang gencar saya tagih adalah kehangatan yang memancar dari diri saya sendiri. Yang per-hari ini, lebih sering garang.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 17 Desember 2019.
Comments
Post a Comment