Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2019

Apa Ada Angin di Surakarta (11)

Jika datangmu hanya untuk meredam sepi, maka lebih baik apabila yang kau datangi itu, adalah keramaian. Bukan datang pada hatinya.  aSebab hati, memiliki seribu satu impresi yang tak terkendali. Hati mempunyai sejuta warna konklusi, yang apabila kau dekati, bisa jadi keliru menarik simpulan. (Kita) memang sama-sama memiliki sepinya sendiri, akan tetapi tolonglah, untuk lebih berhati-hati pada hati. Ia sangat riskan untuk menaruh harap, sangat rentan untuk terkena senyap yang gelap. Kalau kau datang karena membenci sepi, bukan bermaksud ingin dilengkapi, jangan pernah sekalipun hadir. Jangan pernah memberi per-hati-an lebihmu. Jangan pernah menyentuh area-area lemah psikis. Dan, tentunya sikap dan tindakanmu, jangan pernah berlaku seolah-olah. Sikap dan perilakumu juga, jangan pernah melontarkan sendunya pagi.  Senja memang hanya milik sang jingga, namun kau adalah miliknya, bukan milikku. Jadi, pergilah menuju hatinya, jangan pernah lagi datang menghampi...

Apa Ada Angin di Surakarta (10)

Selagi masih ada space waktu, lebih baik (kita) bicarakan dengan tatap mata. Supaya, seminimal-minimalnya multi-interpretasi dapat dihindari. Supaya (kita) mampu menerjemahkan dengan tepat, kerut wajah, kedipan mata, nafas yang keluar-masuk hidung, pipi yang berubah-ubah warna, gerak tangan yang tak beraturan, lekuk kaki yang grogi, dan segala macam ekspresi lainnya. Tidak hanya soal perbincangan yang akan menghadirkan kejelasan, namun lebih dari itu. Adalah mencipta rentang history yang indah, serta menghadirkan kembali spirit juang untuk tetep survival. Segala macam bias, bisa terjadi. Jikalau hanya berkutat pada impresi dan persepsi. Sebab disanalah, objektifitas (kita) kaburkan. (Kita) yang tidak mampu melepaskan semua berkas cerita, terkadang kerap terlena oleh nostalgia.  Semua yang berkenaan dengan (kita), barangkali akan menjadi warna, bagi masa yang hingar-bingar penuh luka yang paling bahagia. Apakah masih ada, untuk (kita) menyediakan ruang unt...

Aneksasi Hak Privat dan Sublimasi Ngawur

Ruang psikologis macam apa, yang tega menghina diri mereka sendiri. Kalau menghina orang lain (walaupun tetap saja buruk), barangkali masih bisa kita tolerir secara akal sehat. Menghina diri diatas, kita maksudkan sebagai upaya pembusukan bagi dirinya sendiri. Sebagai contoh misalnya, ada sekelompok orang (baca: karyawan restoran), yang dengan bangga mengatakan "kalau sepi begini enak yah".  Entah akal dan hati macam apa, yang dengan tega melukai hak-hak yang diimpikan banyak orang, ialah space pekerjaan. Disatu sisi, kita perlu mengetahui, bahwa yang mengatakan tadi itu adalah orang-orang yang dahulunya terluka oleh keadaan. Mereka adalah orang-orang yang bukan hanya kalah, namun juga terkalahkan oleh sebab "kahanan". Pada lain sisinya lagi, kita akan menemukan adanya rotasi balas-dendam, oleh karena sakit yang pernah dialami. Berputar dan melingkar layaknya bola, yang tak memiliki kesudahan. Freud pernah mengatakan, bahwa manusia memiliki de...

Re-check Kondisi

Disela-sela musim "ketiga" ini, nampaknya ada yang mendesak untuk di-recheck. Recheck disini, kita maksudkan terhadap kondisi.  Secera sederhana, kondisi memiliki arti keadaan. Bisa berkaitan dengan hal-hal yang kekinian, maupun keakanan. Bisa pula terhadap masa yang lalu. Dalam dinamika kehidupan manusia maupun alam, kita mengenal term kausalitas, atau biasa kita sebut hukum sebab-akibat.  Manusia yang sedang haus, ia akan dengan automatic minum, ketika sudah minum, maka dahaganya hilang. Itu salah satu bukti, bahwa causality itu benar adanya. Namun, ternyata kehidupan manusia ini, tidak melulu soal sebab-akibat tadi. Terlebih dalam konteks non fisik, atau apa-apa yang tidak bisa ditangkap oleh indra. Oleh sebab, indrawi memiliki limitasinya. Kausalitas memiliki kedekatan yang intim, dengan linieritas. Limitasi yang dimiliki oleh indrawi itu, tidak sampai menjangkau sisi-sisi yang dinamis-siklikal. Indrawi hanya mampu terhubung dengan mekanis-linier. ...

Apa Ada Angin di Surakarta (9)

Kali ini (kita) tengah berada di komplek padat penduduk, dimana semua orang menetap didalam surga yang dirindukan. Rumah memiliki simbol agung, dalam kesejarahan manusia. Selain sebagai tempat rebahan, rumah juga menjadi semacam titik temu, dimana rindu dan saling berkait. Walaupun saat ini (kita) tengah berada di "rumah-rumah", tetap saja (kita) masih ber-lokasi diantara Solo-Yogya. Sebuah daratan di Bumi, yang menyimpan berjuta-juta peristiwa bermakna.  Disinilah (kita) mulai merangkai kata, untuk kemudian mengabadikan makna. Sembari menatap awan yang didominasi corak biru, pertanda hujan masih jauh dari harap. (Kita) yang masih tuna ketersalingan believe, sementara hanya mampu berputar-putar dalam benak masing-masing. (Kita) yang masih dirundung rasa sakit, saat sekarang ini tengah mencoba dan berupaya, untuk siuman dan bangkit. (Kita) yang kerap tak sengaja melukai, kini on the way merayap kepermukaan cita yang senyap. Sunyi hanyalah bunyi yang se...

(kita) yang mana?

Menyerah bukan berarti kalah. Menyerah acapkali justru merupakan pilihan terbaik. (Kita) semua berhak untuk memberi penilaian terhadap diksi menyerah diatas. Bebas lepas memberi konotasi, dan free seporete menaruh persepsi terhadap menyerah itu. Rimbunan derita, yang bercampur dengan suka-cita, akan selalu memberi sebuah konklusi. Se reliable-reliablenya teori, tetap saja itu hanyalah teori. Sekali lagi, itu "hanyalah". Begitu pula, apa yang ter-denotasikan pada kata "menyerah" tadi. Terlempar dari kubangan sentimen sosial yang mainstream, tentu bukan hal yang baru. Bukan lagi satu atau dua kali, akan tetapi berjibun, tersusun dalam perbendaharaan tribun memory. Resonansi kerap mengarah dan kemudian ber-impact terhadap disonansi. Harmoni yang di ingini, sesekali bahkan berkali-kali runtuh dari map batin. Exercise semacam itu, terkadang menguatkan, namun tidak menutup probability keterpurukan. Yang jelas, ada atau tidaknya "ada" tersebut, t...

Apa Ada Angin di Surakarta (8)

Jarak yang membentang, antara Solo dan Yogya, memberi sebuah imaji, akan luka-luka yang sempat tergores.  Tentang sederet-berderet nama, yang sempat mengisi kemudian pergi. Sederet-berderet cerita, yang sempat datang kemudian pulang. Ruang-ruang hampa perjalanan, memberi space bagi seluruh sudut relung hati untuk terisi oleh angin-angin yang berjejer. Angin yang merayap dalam keramaian yang paling sepi. Jarak yang membentang, antara misteri, ilusi, dan kronologi, menaruh secercah anxiety bagi dada. Kelapangan dada beserta sekaliber experience-nya, membuka jendela imaji yang benar-benar baru.  Jendela imaji yang memendam sejuta kenang, yang disisipi oleh history map ruang, konteks, dan waktu.  Rindu memang berjodoh dengan temu, dan harap hanya match dengan nyata. Pertemuan dan kenyataan yang paling meluka, tentunya sempat menemu ceria. Walau pada akhirnya, tidak selalu bahagia. Berjilid-jilid kenang, kini menggenang. Bercatat-catat luka, kini menga...

Irisan Antara

Terengah-engah dalam mimpi yang membentang, sekaligus terlempar kedalam kubangan dekapan realita yang ter-nihilkan. Kalau irisan itu terdapat pada "antara", maka yang terjadi adalah suara yang memekak gendang telinga. Salah seorang anak muda mengatakan kepada saya, "aku tengah berada dalam lingkaran ekspektasi yang menanti untuk diwujudnyatakan". Katanya, sambil menunjukkan wajah risaunya. Dengan nada pelan, saya meresponnya, "di depan (kita), ada banyak yang berada dalam lingkaran yang sama. Pun, ada terdapat banyak yang berada dalam scope riil sesuai plan-nya. Salah satu wujud nyata dalam hidup ini, adalah pattern. Pola yang terhampar, menandai ada riwayat jejak yang terulang dan terbaca, sekaligus dapat ter-detect. Membaca dalam arti yang mendalam, terhadap pattern ini, adalah bukan sesuatu yang easy. Butuh nalar dan intuisi yang teliti, serta ketajaman memahami probabilitas yang bersifat pasti. Something terkait income dan outcome (...

Sedang, Bunga-Bunga Pun Berjatuhan. (2)

Selebihnya, akan lebih baik dan bijak, apabila apa yang menjadi need-mu diputuskan. Apa-apa yang menjadi prioritas soal pendamping, kamu pertimbangkan.  Perasaan, entah itu cinta, rindu, sayang, dlsb., lambat laun sangat mungkin untuk luntur. Kelunturan rasa tersebut, akan terkikis, hanya jika tidak diberikan pupuk reinforcement. "Perihal semoga" ini, adalah ungkapan sederhana yang membanjir, yang kemudian meluap dalam narasi pendek pertanyaan; "kalau memang aku adalah pilihanmu, maka mari kita benahi apa yang sempat keliru, terlebih kekeliruan-kekeliruanku. Soal kekhawatiran terhadap "apa yang pernah terjadi", tentunya aku pahami. Apalagi, sikap impulsifku, telah membuat hatimu tergores luka. Hal tersebut, juga dapat menjadi histori, untuk kamu pertimbakan pula. Misalnya nanti kau akan memilih yang lain, tetap saja, bagiku matamu adalah pelangi yang berwarna cahaya. Wallohu a'lam. Sukoharjo, 27 Oktober 2019.

Resonansi Harmonika

Di sela-sela menanti tawaran rejeki, salah seorang mahasiswa tingkat akhir bertanya, "apakah tingkat pendidikan (formal) seseorang, akan mempengaruhi morality nya, dalam konteks pekerjaan?" Dari pertanyaan tersebut, kalau mau di blejeti habis-habisan, maka jawabannya cukup panjang, dan memiliki tek-tok yang dinamis. Namun, jawaban yang paling umum adalah "tergantung".  Mas Sabrang pernah menuliskan abstraksinya, dalam tetes, terkait bias kognisi, yang terjadi pada  si miskin (secara ekonomi), yang kemudian di sebut sebagai Dunning-Krueger effect.  Hal tersebut, punya korelasi dengan soal sikap moral dan pendidikan formal. Dalam artian, jawaban yang "tergantung" diatas, dapat pula berkaitan dengan bias budaya, bukan sekedar bias kognisi an sich. Sikap moral seseorang, kalau dilihat dari kaca mata umum, maka penekanannya lebih kepada experience yang dialami. Terlebih apabila seseorang tersebut, kuantitas interaksinya, memiliki jam terbang ya...

Apa Ada Angin di Surakarta (7)

Apa Ada Angin di Surakarta (7) Seperti merayap-rayap dalam gelap. Seperti itulah, sejauh mata memandang. Terlihat berderet pengunjung kedai, saling berpapas-pasangan. Papas dan pasangan, adalah dua kata yang menyatu dalam frasa estetis malam minggu. (Kita) disini, sedang menyaksikan pertunjukkan perbincangan hangat. Se-hangat peluk dalam pelupuk. Se-hangat sikap dalam dekap. Se-hangat teh manis dan selingan wajahmu yang geulis. Hitam yang memekak, derap langkah yang membuncah, bercecer rasa yang tergali amat dalam. Menyusur ke lubang batin, yang tercekik ratapan panjang. (kita) sedang melakukan something wrong, yang paling sengaja. Memberita dalam reportase kegaduhan rasa dan rasio. Merekah merah, jauh melebar ke selat-selat permukaan dinding kecemasan. (kita) saat ini tengah mengupayakan, kepatahan usaha yang mulai terbangun, diatas derita yang paling bahagia. Semacam omelete yang melingkar, dalam piring coklat bermotif bunga anggrek. Tentu saja, (kita) mau ti...

Apa Ada Angin di Surakarta (6)

Apa Ada Angin di Surakarta (6) Sepenuhnya, dan pastinya, sudah barang tentu tidak semuanya, hal-hal yang berkaitan dengan "kita" akan di ungkap. Ada kran yang tidak boleh semuanya di buka, sebab alasan-alasan tertentu. Terdapat pesan yang seharusnya tersampaikan, namun oleh karena ruang itu sudah kau tutup, maka apa daya. Kau lebih memilihnya, yang entah karena apa, yang entah alasan apa. Selebihnya, aku sendiri memilih membiarkan waktu berjalan apa adanya. Sambil menuntas-bersihkan, berbagai rasa yang pernah ada. Setidanya, dengan kalimat-kalimat, canda-canda, serta perjumpaan yang pernah kita rangkai bersama, dapat menjadi kenang yang menggenang. Sebuah kenang, yang harapannya tidak akan pernah menjadi duka yang berlinang. Senyap dalam pekat, beserta angin kecil yang lewat dari pelupuk mata, barangkali menjadi pertanda, apabila serangkaian kisah-kasih ini, tidak akan pernah ada. Brengseknya, lintasan pikir milikku ini, kerap terlintas wajahmu, tapi ...

Sedang, Bunga-Bunga Pun Berjatuhan. (1)

Tiba-tiba kau mengabariku. Katamu, studi yang kau jalani sudah tuntas. Tinggal menunggu tahap akhir pengesahan saja, yang beberapa bulan kedepan akan terlaksana. Mendengar kabar bahagia ini, tentu aku ikut senang menerimanya. Ditengah permintaan hati yang sempat tertunda, lagi-lagi kau barangkali sengaja menundanya kembali. Kesetiaan kembali di uji dengan penantian. Tentang kepastian cinta, yang masih terhalang oleh skat jarak dan waktu. Beribu makna, dan sederet pertanyaan melingkupi riuh-rendah rasa. Sebuah tanya, yang merindukan secercah jawab. Perihal lubang hati, yang mengajukan rumah sebagai kepulangan. Bagiku, matamu adalah bunga yang merekah, sebagai sebab aku mengaku kalah. Dan, matamu adalah titik, sebagai simbol pemberhentian. Aku yang masih tak berdaya soal hati, masih membersamai angin di daratan Surakarta. Angin disini, aku upayakan menjadi do'a, untukmu yang jauh disana. Sebuah do'a, yang aku harap bukan menjadi luka, pada akhirnya. Wallohu a...

Apa Ada Angin di Surakarta (5)

Apa Ada Angin di Surakarta (5) Sesaat setelah meja, kursi, dan lampu-lampu mulai membersamai malam, sesaat itulah bayanganmu kembali datang. Kedatangan yang tak diundang, sekaligus tak mampu diusir begitu saja. Karena mungkin, diam-diam terdapat kenikmatan yang meradang. Gelas berisi air dingin, yang sedikit bertabur gula putih, memberi kemasan manis melewati rongga mulut. Pertanda, kalau sensitifitas masih ada. Terlihat dengan jelas, warna-warni aktifitas orang. Yang jelas dihadapan, ada nenek tua yang mengipasi sate dagangannya, pertanda perekonomian cukup aman untuk hari esok. Selipan-selipan keadaban publik, cukup menyita perhatian akhir-akhir ini. Apalagi oposan setia, pada akhirnya memutus tali setianya sendiri. Apakah ini sebuah pengkhiatan? Riuh-rendah kritik, sampai caci tak terhindari. Hidup ini pilihan kok, tidak memilihpun adalah pilihan. Selagi masih dalam circle ke-1000, jelas dan pasti, tidak akan mampu merekahkan segala macam pertimbangan-pertimbang...

Apa Ada Angin di Surakarta (4)

Apa Ada Angin di Surakarta (4) Analogi apalagi yang tepat, untuk sekadar membiasakan dengan biasa, atas segala macam dinamika.  Hati yang sudah terlanjur njarem, perlu jeda untuk di istirahatkan sejenak, dari perjalanan panjang ekspedisi penuh misteri.  Bersama riuh-rendah pengunjung kedai, kita sama-sama bisa menyaksikan, berpuluh-puluh hati yang tengah menempuh perjalanan. Ada yang ke arah timur, barat, selatan, dan utara. Pun, juga ada yang masih berkutat di jalan yang sama. Tenaga dan pikiran sempat di uji, sesaat setelah salah seorang bekas boss, bertanya "sebenarnya topeng manusia itu ada berapa macam?". Perbincangan teoritis sampai romantis, mewarnai pembahasan mengenai personality. Adu argumen tak terhindari, saling sodor asumsi tak terelakkan, dan sekelumit teori dihidangkan.  Sampai pada akhirnya, pembicaraan kita sama-sama menyerah, oleh tatapan wanita, yang bajigurnya, kita pun sama-sama belum tahu warna topengnya. Barangkali, yang...

Titik, Koma, dan Uncertainty Kehidupan.

Pertanyaan tentang alam, sudah terlebih dulu ada, sebelum pertanyaan tentang manusia. Kekuatan yang muncul dari "pertanyaan", menjadi sebuah asbab dunia ini berjalan. Dalam arti, ketertarikan ataupun keterdorongan berjalannya dunia, berangkat dari perihal curiosity. Sebegitu pentingnya jawaban, menyebabkan dunia bergerak-dinamis. Beragam dan berbagai soal-soal yang berkelindan dengan kehidupan, lambat laun terjawab. Dari mulai alam ini substansinya apa, sampai manusia ini sebenarnya apa. Perkembangan dan pertumbuhan pengetahuan, ilmu, dan teknologi, tidak terelakkan, dari kehidupan manusia. Era post-modern, menjadi sudut kemanusiaan yang tengah dihadapi.  Ketidakberdayaan eksternal kehidupan, misalnya pada aspek ekonomi, politik, dlsb., kerap menjadi ketidaksanggupan psikologis kehidupan manusia. Kabar bahagianya, globalisasi yang dianggap memberikan ancaman, terkadang justru memberi sumbangan keuntungan. Dalam menghadapi globalisasi, manusia kita (baca: Indo...

Apa Ada Angin di Surakarta (3)

Apa Ada Angin di Surakarta (3) Sebaiknya, tidak perlu memaksaan, apalagi sampai meniadakan kejujuran. Kita sama-sama mengerti, bahwa sense itu unik dan spesifik. Tidak seperti matematika, yang bersifat free value. Apa yang pernah kita sebut sebagai penantian, barangkali pada akhirnya hanya mampu melukis kepedihan. Namun, kamu tidak perlu khawatir, sebab tidak akan terjadi apa-apa, lebih tepatnya tidak terlalu jelas nampak. Seperti yang mungkin pernah kamu bayangkan, bahwa temu hanyalah nada-nada biasa. Tentu tidak mudah bagiku, untuk bersikap biasa, pada sebuah momen yang menjadi dambaan sejak lama. Apa ada angin di Surakarta? Malam masih terlalu tertutup, untuk mengundang sekaliber keterpecahan misteri. Sebuah kata, yang pernah kita sama-sama nantikan. Sebuah kata, yang pernah kita sama-sama upayakan. Engkau tersenyum malam ini, walaupun dengan jelas, kau menutup rapat rahasia-rahasia. Tentang rasa yang belum sempat terungkap, yang masih menyelinap dalam dekap...

Apa Ada Angin di Surakarta (2)

Apa ada angin di Surakarta (2) Secangkir kopi hitam, beserta sedikit taburan gula putih, memberikan secercah warna imajinatif bagi jiwa. Asbak putung rokok, sengaja kita lampirkan untuk menjaga debu-debu tembakau yang terhisap. Tidak lupa, korek gas merah membersamai derap langkah setiap pelampiasan sepi. Musik blues terkadang menjadi semacam pelengkap penderitaan, bagi malam-malam yang seksi. "Sudah setengah sepuluh saja", kata koki kedai sambil tersenyum manis disebelahku. Rupanya ada waktu yang kemudian, seakan "mbanteri" keadaan. Juga rupanya, ada balutan serius dari wajah salah satu pengunjung, yang dengan kuat memegangi pena di jemarinya, ditemani buku dan kertas kosong siap tergores. Terdengar dari arah kanan bagian belakang saya, canda-canda mesra dari sepasang kekasih yang kasmarannya sedang membuncah. Handphone yang mereka pegang, masih menjadi penghalang maksimalitas kemesraan tatapan mata bagi keduanya.  Dari arah belakang punggungku, na...

Pelantikan Senja

Tidak selamanya, sebuah harapan akan menemui kenyataan. Akan sangat berbahaya, apabila hal tersebut terjadi. Sudah barang tentu, alamiah kehidupan akan menuai titik-titik kesenjangan antara apa yang kita sebutkan tadi. Semua hal, bagian-bagian, dan segala macam sisi kehidupan, akan dan tetap terus berjalan. Waktu adalah kalkulasi perjalanan yang selalu objektif. Waktu tidak pernah mempertimbangkan situasi, apalagi kondisi. Baik sedang baik-baik saja, atau sebaliknya, tidak sedang baik-baik saja, terkhusus pada diri luar maupun diri dalam manusia. Awalnya, saya termasuk orang yang tidak sependapat dengan term "waktu akan menyembuhkan". Akan tetapi, saat akhir-akhir ini, term tersebut nampaknya ada benarnya. Oleh karena, waktu memiliki ragam dan jenis dalam memberi space bagi jiwa tiap-tiap kita, dalam rangka otomatisasi kesembuhan. Sembuh artinya pernah sakit, dan sakit tidak akan pernah lepas dari kata sembuh. Problema, atau barangkali yang paling tepat adalah ...

Sudahlah (3)

Pada akhirnya, sorot mata yang menjadi sebuah pertanyaan, terjawab sudah. Kau hanya hadir sebagai satu dari sekian, yang hanya bermaksud menawar sepi. Sedangkan aku yang berniat hadir untuk melengkapi, tidak akan mungkin dapat membersamai. Karena kedatanganmu, bukan untuk itu. Aku hanya bisa terduduk kaku, terkelupas rindu yang lugu. Ini benar-benar nyata terjadi, seperti apa yang pernah sahabatku katakan, bahwa harapan akan tumbang ditengah gelanggang kepedihan. Layaknya sayap yang patah sebelum mampu terbang menjulang, menyaksikan deburan ombak-ombak keceriaan. Lagi-lagi ini salahku, yang melebarkan senyuman, beserta nafas panjang percintaan. Yaa, kau ini tidak bersalah. Ini murni kesalahanku, atas imajinasiku yang terbawa oleh ceritamu, oleh dongeng-dongengmu tentangnya. Sebuah cerita dan dongeng tentang kepedihan dan percintaan bersamanya, beserta harapan senyap tentang kebersamaan yang engkau sendiri rindukan, bukan yang kita rindukan. Wajahmu memang kerap mengganggu...

Sudahlah (2)

Seandainya mampu dirubah, pasti aku kan memintamu untuk sama sekali tidak hadir dalam perjalananku. Sebuah perjalanan panjang dan melelahkan, yang disertai beraneka ragam kecemasan. Cemas yang di kemas, dalam sentuhan-sentuhan nafas kerinduan. Namun, rindu itu hanya milik yang satu, yaitu aku, bukan kita. Sedangkan kau, hanya terdiam membisu, menatap wajahku yang lesu, oleh harapanku sendiri. Aku memang gelandangan cinta, yang berkelana menyusuri hati-hati yang terluka. Oleh karena harapan, yang mengecap dan membentang. Berkelana melewati rimbunan derita, yang sama sekali tidak tersentuh bahagia pada akhirnya. Lagi-lagi, kau hanya terdiam tanpa suara sekecap pun. Padahal, kau jelas-jelas menatap rasa dihadapanmu, yang dengan terang benderang menaruh harap   yang sekejapmenyelinap. Apalagi yang harus aku sampaikan kepadamu?. Bertahun-tahun sudah kita jalani, namun sejatinya hanya aku yang menjalani, bukan kita. Entahlah, kau yang dengan mudahnya berpindah hati. Dar...

Sudahlah (1)

Rentetan perjalanan mengantarkan pada sebuah temu yang berujung pilu. Jadi, waktu itu aku melihatmu tanpa pernah aku tahu sebelumnya, tentang siapa dirimu. Aku yang merindukan pelukan kasih sayang, luluh lantah dalam imajinasiku sendiri. Tentang kecantikan parasmu, yang menyita setiap waktuku. Tentu ada masa yang menunda, untuk sampai pada kesimpulan kenalan. Sampai pada akhirnya, aku mengetahui namamu, dan sederet kisah kecil tentangmu. Sebuah kisah yang tentunya menjadi benih-benih bekal perjalanan, yang aku duga sebelumnya akan menjadi semacam sinar kegembiraan. Waktu yang memang terus berjalan, pada saatnya menembus masuk kesempatan. Adalah kesempatanku yang dengan riang menyambut suara lembutmu. Bak, suara embun pagi yang menetes lembut, membasahi daun-daun pagi. Lagi-lagi, waktu yang memaksa bertemu. Dan aku bayangkan sebelumnya, bahwa itu adalah rasa yang mulai bertumbuh menjadi kisah indah. Akan tetapi, bayangkan terlalu berambisi. Kau hanya menemuiku untuk member...

Rotasi Kesadaran

Sebuah lapak buku telah di gelar, pertanda roda ekonomi akan berputar. Uang akan berganti-pindah pemiliknya, dalam waktu yang relatif sementara. Orang beli buku menggunakan uang, sedangkan penjual menerima uang, lalu memberikan buku sesuai permintaan pembeli. Begitu pula pemilik toko buku, ia membeli buku dari penerbit (kalau yang original), atau yang KW kalau copyan, sama-sama memakai simbolicum rupiah. Pemilik toko buku, menyewa toko pakai uang. Membayar tagihan listrik, air, kebersihan, dlsb., pun menggunakan uang. Jadi, sekali lagi, afirmasi perihal uang yang berputar, berganti, berpindah kepemilikan selalu dinamis dan ber-rotasi. Salah satu elemen perputaran uang, adalah sebuah usaha. Usaha ada banyak dan beragam jenisnya, salah satunya adalah toko buku. Walaupun jelas-jelas nampak di mata kepala kita, bahwa toko buku tidaklah se-ramai toko makanan dan baju. Katanya manusia itu makhluk rasional, tapi nampaknya lebih kentara sebagai makhluk kuliner dan fashion. Sal...

Keseksian Hidup

Ada begitu banyak hal, yang belum sepenuhnya tuntas. Ada pula, begitu banyak stage yang masih tertunda. Adapun demikian, tidaklah semua menuai tempat untuk di khawatirkan. Walaupun, lebih sering auto panik menyertai perjalanan. Akan tetapi, itulah dinamika dan cobaan hidup, yang berkelindan melingkupi, sebagai salah satu sudut pengujian. Hidup yang sebegitu dinamisnya ini, sampai-sampai ternyata, lebih banyak hal yang tidak dapat di kalkulasi, tidak cukup sekedar di prediksi, bahkan reasearch se-ilmiah apapun, tidak bisa menjadi jaminan total. Sifat dan tipologi hidup yang penuh dengan nilai unexpected inilah, yang selalu menjadi challenge. Hidup yang serba "mungkin", ditambah dengan keadaan dan situasi yang serba "dilema", kerap membuat nada dan irama hidup yang "sempoyongan". Terlebih, apabila antara yang serba mungkin dan dilema ini, memiliki muatan yang sama powernya.  Jawaban memang hanya milik pertanyaan. Namun kerap kali, lebih banyak p...

LPJ Ketum IMM Banyumas Periode 2017/2018.

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN (LPJ) KETUA UMUM PIMPINAN CABANG IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH BANYUMAS 201 7 /201 8 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum wr wb. “Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Asr). Yang saya hormati para pejuang dakwah pencerahan, kader IMM Banyumas Raya. Pertama , marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Alloh swt, atas segala limpahan kasih sayang serta petunjuk-Nya, sehingga sampai detik ini kita masih diberikan kesempatan untuk bersilaturrahim dalam nafas perjuangan dakwah IMM. Kedua , shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita tetap istiqomah dibawah komando perjuangan dakwah beliau. Aamiin. Pejuang dakwah pencerahan IMM yang saya cintai. Dalam kesempatan yang sungguh mulia ini, saya akan menyampai...