Para pencari ilmu berduyun-duyun menuju ruang kelas. "Pak Guru barangkali sudah hadir duluan", kata salah seorang siswa yang berambut cepak. Konon, siswa yang berambut cepak ini, adalah ketua kelasnya. Jadi, dia punya semacam tanggungan, untuk tidak sampai telat datang.
Pagi itu, didalam kelas terasa dingin, bukan karena hujan diluar yang mengakibatkan suhu didalam ruangan ikut dingin, tapi sebab AC pada waktu itu di setting celciusnya dibawah rata-rata.
Guru datang dan memberikan salam perjumpaan, serta beberapa jenis brainstorming di lontarkan. Kemudian tak selang beberapa lama, salah seorang siswa berjenis kelamin perempuan, berjalan ke arah kelas bagian belakang. Ia rupaya mematikan AC, barangkali dia terlampau kedinginan.
Ceklek, suara AC di matikan. Sontak, salah seorang siswi lainnya berujar, "eh, mba tolong ya, kalau kamu merasa kedinginan, pakai jaket dong, jangan mematikan AC!". Kelas yang pada waktu itu bersuasana riuh rendah, tiba-tiba hening seketika. Siswi yang mematikan AC tadi, menimpali dengan berkata, "Maaf mba, saya gak bawa jaket.
Momen yang cukup menggertak siswi yang mematikan AC tadi, beruntungnya mampu di redam, oleh salah seorang siswa yang duduk dibelakang, dengan berjalan kedepan, lalu meminjami siswi tadi jaket. Waktu itu guru sedang keluar kelas, untuk mengambil berkas-berkas pelajaran. "Ini mba, pakai jeket saya", kata siswa itu. "Lah mas nya nanti kedinginan loh", respon siswi itu. "Gak papa mba, santai saja", kata siswa tadi, sambil berjalan mundur menuju tempat duduknya.
Tidak lama kemudian, guru kembali datang. Para siswa melanjutkan agenda pelajaran. Waktu itu, pembahasannya soal bullying. Sang guru yang anggun nan bijaksana itu, memberikan pemaparan tentang pendidikan di Indonesia, spesifikasinya soal fenomena bullying dalam lingkungan sekolah. "Ini adalah salah satu data, yang menunjukkan bahwa pendidikan karakter di Indonesia, masih jauh panggang dari api", kata guru, sambil menatap wajah para siswanya.
Dua orang siswa di belakang kemudian saling bisik-bisik. "Bro, memangnya kurikulum pendidikan karakter di Indonesia sudah diterapkan yah?". Siswa yang ada disebelahnya kemudian memberikan tanggapan, "Kalau kurikulumnya sudah ada bro, cuman dalam prakteknya, ya tentu tidak semuanya sesuai tujuan, lagi pula para guru ini, mereka sibuk mengejar garapan administrasi kok, yaa untuk mengejar kenaikan gaji".
"Jadi, guru sibuk administrasi yah?", sahut siswa disampingnya tadi. Siswa disebelahnya pun memberikan respon balik, "Ya iya, siswa pada akhirnya bisa di bilang kurang di perhatikan secara kualitatif. Sudah kurang perhatian dari guru, ditambah kurang perhatian dari orang tua di rumah".
"Barangkali itu salah satu kasus bullying terjadi ya bro, selain kasus-kasus seperti violence verbal dan non verbal, tawuran, miras, narkoba, sex bebas, dlsb"?, Tanya salah satu siswa yang rambutnya cepak tadi.
"Bukan hanya soal bullying sih bro, krisi perhatian itu berimbas pada seluruh elemen kehidupan, misalnya money politic, korupsi, dan segala macam tindakan yang merugikan diri dan orang lain", respon siswa disebelahnya.
"Jadi, yang kamu maksud perhatian itu bagaimana"? siswa tadi bertanya lagi. "Perhatian itu, intinya kesadaran self control, untuk mengetahui, merasakan, dan melakukan, dalam bentuk apapun dan dimanapun, tentu dalam konteks kebaikan ya", jawab siswa disampingnya, sambil memegang bolpoin ber-merk standard.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 5 Oktober 2019.
Comments
Post a Comment