Ada begitu banyak hal, yang belum sepenuhnya tuntas. Ada pula, begitu banyak stage yang masih tertunda. Adapun demikian, tidaklah semua menuai tempat untuk di khawatirkan. Walaupun, lebih sering auto panik menyertai perjalanan. Akan tetapi, itulah dinamika dan cobaan hidup, yang berkelindan melingkupi, sebagai salah satu sudut pengujian.
Hidup yang sebegitu dinamisnya ini, sampai-sampai ternyata, lebih banyak hal yang tidak dapat di kalkulasi, tidak cukup sekedar di prediksi, bahkan reasearch se-ilmiah apapun, tidak bisa menjadi jaminan total. Sifat dan tipologi hidup yang penuh dengan nilai unexpected inilah, yang selalu menjadi challenge.
Hidup yang serba "mungkin", ditambah dengan keadaan dan situasi yang serba "dilema", kerap membuat nada dan irama hidup yang "sempoyongan". Terlebih, apabila antara yang serba mungkin dan dilema ini, memiliki muatan yang sama powernya.
Jawaban memang hanya milik pertanyaan. Namun kerap kali, lebih banyak pertanyaan yang kemudian tidak atau tertunda untuk menemui sang jawaban. Disitulah tafakur situasi dan re-check kondisi alam pikiran, untuk kemudian berekspresi dengan cukup kentara. Tanpa tafakur dan re-check, maka akan nonsense untuk bertumbuh dan berkembang secara qualitative.
Namun, yang cukup urgent untuk diberi sebuah perhatian lebih, adalah perkara influence kehidupan. Pemahaman terhadap influence kehidupan, perlu ditempatkan secara natural dan kritis. Dalam artian, pertimbangan yang diambil, adalah alamiah dan jeli.
Segala hal yang mungkin dapat memberi konklusi, walaupun sifatnya sementara, sangatlah berguna. Terutama pada wilayah-wilayah, yang teknis keseharian. Namun, untuk menempuh jejak yang panjang, diperlukan nalar yang rutin di refresh.
Nalar yang fresh, akan lebih berfungsi secara argumentatif, dalam menghadapi dan melewati "keseksian hidup". Terlebih, keseksian hidup, tidak seperti satu tambah satu sama dengan dua. Seksi disini, mengandung makna yang abstrak, sepanjang perjalanan kesadaran. Tentunya berkait dengan hidup dan kehidupan, baik konotatif maupun denotatif.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 16 Oktober 2019.
Comments
Post a Comment