Oh my god! Tadi pagi Simad menelpon seorang cewek. Entah ada angin apa, barangkali sekadar mengisi waktu paginya yang masih free untuk beraktifitas.
Namun bisa dikatakan tidak sesederhana itu, mungkin saja soal rasa yang pernah ada, atau bisa jadi cewek ini baik dan ramah, jadi Simad nyaman-nyaman saja bergaul dengannya.
Yang jelas, Simad ini sudah lama mengenalnya, otomatis ia tidak perlu menyiapkan naskah percakapan, sesaat sebelum memulai obrolan.
Cewek ini, kata Simad, namanya Rara. Ia tinggal di provinsi sebrang barat. Menurut Simad, Rara ini cewek yang termasuk cantik dan cenderung baik, ditambah tutur bahasanya yang nyunda, itu bikin bulu kuduk merinding, katanya.
Kira-kira pukul 7 pagi waktu endonesa barat, Simad memulai obrolannya. Kalau mau ditelisik, konten obrolan mereka itu termasuk jenis basa-basi.
Kita tahu sendiri, basa-basi itu digunakan oleh orang untuk mengawali dan memperantarai obrolan yang bisa dibilang serius. Namun berbeda halnya dengan Simad, sebab dari awal obrolan sampai akhir obrolan, kesemuanya itu istiqomah ber-genre basa-basi.
Dan benar, ternyata Simad ini memang sudah menentukan tema obrolannya dengan obrolan berjenis basa-basi itu. Simad memberitahukan kepada Rara ini, kalau-kalau ia akan ngomongin hal-hal yang tidak penting.
“Hahaha”, Rara tertawa saat setelah mendapatkan chat dari Simad itu, menggunakan aplikasi chat saat sebelum menelponnya.
Obrolan antara Simad dan Rara tidak berlangsung lama, mereka ngobrol tidak sampai satu jam-an, tersebab Rara yang pagi itu akan melaksanakan aktifitas rutinnya.
Kalau si Rara ini tidak ber-aktifitas rutin pada pagi itu, mungkin obrolan mereka akan lebih lama lagi, bisa jadi basa-basi mereka akan jauh lebih banyak kali lebar dilontarkan.
Akan tetapi, sebenarnya obrolan mereka tidak basa-basi—basa-basi amat sih. Tetap saja mengandung bahasa tubuh, bahasa endonesa, bahasa cewek, bahasa cowok, dan barangkali basa perasaan, mungkin pula bahasa hati.
Apakah Simad dan Rara ini punya hubungan? Entahlah, kalau mau tahu jawabannya, silahkan tanyakan kepada yang bersangkutan.
Yang jelas, secara tidak langsung, mereka itu sama-sama masih punya cita-cita, yang barangkali saat ini masih dikerjarnya, sehingga masalah hubungan mereka berdua ber-status apa, bisa jadi tidaklah penting-penting amat untuk segera diberikan label pacaran, atau sejenisnya.
Namun, mereka juga sangat mungkin memiliki kondisi dan situasi yang “sama-sama tahu bahwa soal hati dan perasaan siapa yang tahu”.
Wallohu a’lam.
Sukoharjo, 1 Oktober 2019.
Comments
Post a Comment