Apa Ada Angin di Surakarta (6)
Sepenuhnya, dan pastinya, sudah barang tentu tidak semuanya, hal-hal yang berkaitan dengan "kita" akan di ungkap. Ada kran yang tidak boleh semuanya di buka, sebab alasan-alasan tertentu.
Terdapat pesan yang seharusnya tersampaikan, namun oleh karena ruang itu sudah kau tutup, maka apa daya. Kau lebih memilihnya, yang entah karena apa, yang entah alasan apa.
Selebihnya, aku sendiri memilih membiarkan waktu berjalan apa adanya. Sambil menuntas-bersihkan, berbagai rasa yang pernah ada.
Setidanya, dengan kalimat-kalimat, canda-canda, serta perjumpaan yang pernah kita rangkai bersama, dapat menjadi kenang yang menggenang. Sebuah kenang, yang harapannya tidak akan pernah menjadi duka yang berlinang.
Senyap dalam pekat, beserta angin kecil yang lewat dari pelupuk mata, barangkali menjadi pertanda, apabila serangkaian kisah-kasih ini, tidak akan pernah ada.
Brengseknya, lintasan pikir milikku ini, kerap terlintas wajahmu, tapi lebih tepatnya lintas cantikmu.
Badalah!?!
Angin di Surakarta, resonansinya membual saja.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 26 Oktober 2019.
Comments
Post a Comment