Apa Ada Angin di Surakarta (3)
Sebaiknya, tidak perlu memaksaan, apalagi sampai meniadakan kejujuran. Kita sama-sama mengerti, bahwa sense itu unik dan spesifik. Tidak seperti matematika, yang bersifat free value.
Apa yang pernah kita sebut sebagai penantian, barangkali pada akhirnya hanya mampu melukis kepedihan. Namun, kamu tidak perlu khawatir, sebab tidak akan terjadi apa-apa, lebih tepatnya tidak terlalu jelas nampak.
Seperti yang mungkin pernah kamu bayangkan, bahwa temu hanyalah nada-nada biasa. Tentu tidak mudah bagiku, untuk bersikap biasa, pada sebuah momen yang menjadi dambaan sejak lama.
Apa ada angin di Surakarta?
Malam masih terlalu tertutup, untuk mengundang sekaliber keterpecahan misteri. Sebuah kata, yang pernah kita sama-sama nantikan. Sebuah kata, yang pernah kita sama-sama upayakan.
Engkau tersenyum malam ini, walaupun dengan jelas, kau menutup rapat rahasia-rahasia. Tentang rasa yang belum sempat terungkap, yang masih menyelinap dalam dekap.
Sudah barang tentu, ini menjadi exercise bagi batin, untuk beranjak menjadi kuat. Embrio perpisahan memang perlahan telah menguat, sesaat setelah kau menemuinya.
Ooh, angin macam apalagi ini?
Terserah bebas, karepmu, kau mengartikan apa itu angin, yang jelas percekcokan imaji kita, masih berlangsung.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 21 Oktober 2019.
Comments
Post a Comment