Tiba-tiba kau mengabariku. Katamu, studi yang kau jalani sudah tuntas. Tinggal menunggu tahap akhir pengesahan saja, yang beberapa bulan kedepan akan terlaksana. Mendengar kabar bahagia ini, tentu aku ikut senang menerimanya.
Ditengah permintaan hati yang sempat tertunda, lagi-lagi kau barangkali sengaja menundanya kembali. Kesetiaan kembali di uji dengan penantian. Tentang kepastian cinta, yang masih terhalang oleh skat jarak dan waktu.
Beribu makna, dan sederet pertanyaan melingkupi riuh-rendah rasa. Sebuah tanya, yang merindukan secercah jawab. Perihal lubang hati, yang mengajukan rumah sebagai kepulangan.
Bagiku, matamu adalah bunga yang merekah, sebagai sebab aku mengaku kalah. Dan, matamu adalah titik, sebagai simbol pemberhentian.
Aku yang masih tak berdaya soal hati, masih membersamai angin di daratan Surakarta. Angin disini, aku upayakan menjadi do'a, untukmu yang jauh disana. Sebuah do'a, yang aku harap bukan menjadi luka, pada akhirnya.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 25 Oktober 2019.
Comments
Post a Comment