Skip to main content

Resonansi Harmonika

Di sela-sela menanti tawaran rejeki, salah seorang mahasiswa tingkat akhir bertanya, "apakah tingkat pendidikan (formal) seseorang, akan mempengaruhi morality nya, dalam konteks pekerjaan?"

Dari pertanyaan tersebut, kalau mau di blejeti habis-habisan, maka jawabannya cukup panjang, dan memiliki tek-tok yang dinamis. Namun, jawaban yang paling umum adalah "tergantung". 

Mas Sabrang pernah menuliskan abstraksinya, dalam tetes, terkait bias kognisi, yang terjadi pada  si miskin (secara ekonomi), yang kemudian di sebut sebagai Dunning-Krueger effect. 

Hal tersebut, punya korelasi dengan soal sikap moral dan pendidikan formal. Dalam artian, jawaban yang "tergantung" diatas, dapat pula berkaitan dengan bias budaya, bukan sekedar bias kognisi an sich.

Sikap moral seseorang, kalau dilihat dari kaca mata umum, maka penekanannya lebih kepada experience yang dialami. Terlebih apabila seseorang tersebut, kuantitas interaksinya, memiliki jam terbang yang lumayan.

Kuantitas interaksi dengan alam bebas, akan sangat memberi excercise bagi individu untuk mengembangkan public relation-nya. Learning by doing, akan lebih berbicara banyak, jika dibandingkan dengan transfer of knowledge yang terjadi dalam ruang kelas pendidikan formal. Walaupun, tetap ada transfer of value, namun intensitasnya tentu tidak lebih banyak.

Ditengah semakin merosotnya morality anak negeri, disitulah pemerintah cukup jeli membaca fenomena yang ada, dengan menghadirkan pendidikan karakter dan revolusi mental. Tugas kita bersama, untuk mengawal dan ambil bagian didalamnya.

Ambil bagian disini, perlu juga mempertimbangkan personalitas, sekaligus identitas. Agar supaya, segala aspek sejati ke-diri-an, tidak sampai tercerabut.

Dalam mengarungi realitas society yang dinamis, dilemanya terdapat pada pertimbangan asumsi dasar yang kerap beririsan dengan asumsi pasar. Jalan wasathiyah-nya tentu harus selalu, mengupayakan pertimbangan nilai. Untuk kemudian resonansi yang terjadi adalah harmonika. Dengan begitu, keadaban riil dan digital, akan menuju balutan rahmatan lil 'alamin.

Wallohu 'alam.
Sukoharjo, 27 Oktober 2019.








Comments

  1. Palayanan Terbaik selama 24Jam
    keuntungan terjamin dan banyak dalam permainan 100%Fairplay
    Bonus besar dan Promo menarik lainnya bisa anda dapatkan disini!!
    Menyediakan 9 Permainan 1 User ID :

    · DominoQQ

    · Poker

    · Bandar66

    · Bandar Poker

    · AduQ

    · BandarQ

    · Capsa Susun

    · Sakong

    · Perang Baccarat

    Link : JANJIQQ
    Kontak : +85570243722

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-