Kembali mem-bilur, diantara keramaian paling hampa.
Sebuah perjumpaan tak terelakan, yang hadir dari dalam batin meta-makna.
Sebenarnya, tak sedikitpun dada berani menyentuhmu kembali.
Namun, frasa yang tergulir dari arah "tapi", mengeja ke seluruh rangkaian sejarah.
Bukan maksudku mendahuluimu, jika pada saat itu dirimu meng-ikrar "saling".
Duhai Cahaya...
Saat ini, hanya ada kemungkinan, yang barangkali tak lagi "mungkin" tertampik.
Walau hati, kerap berbuih ringkih.
Membersama kenang, yang beranjak menuju linang.
***Yogyakarta, 17 Februari 2020.
Comments
Post a Comment