Ketidakcukupan kosakata sebagai representasi wujud rasa dan rasio, sebenarnya tidak akan menghambat laju perkembangan dan pertumbuhan peradaban.
Sebab estetika kata, jauh lebih "rendah" jika dibandingkan dengan estetika laku. Baik itu laku yang covert maupun yang overt.
Manakala pertumbuhan peradaban di setting sedemikian rupa, maka yang mesti di antisipasi ialah pattern akan ketercapaian dan ketidaktercapaian, akan goals-nya.
Kosakata amatlah penting sebagai legacy pembejalaran generasi selanjutnya, namun fakta yang jauh lebih monumental adalah laku yang membudaya, terutama dalam tataran mikro society.
Puncak aksiologis yang terkandung dalam gerak kosakata dan laku itu, sejatinya merupakan visi dari science itu sendiri.
***Yogyakarta, 19 Februari 2020.
Comments
Post a Comment