Skip to main content

Ruang Limitasi (3)

"Dasar, kau ini bebal", ucap Sugiono ketika sedang berhadap-hadapan dengan chat wa nya. Entah siapa yang sedang ia chat. Ia kelihatan sangat kesal, nampak dari kerut wajahnya.

"Bebal" ini, seringkali disematkan oleh mereka yang ingin menunjuk subjek, yang kurang lues akan suatu hal. Bisa juga di sinonimkan dengan beku, atau jumud. Lawan kata dari cair dan lentur.

Kebebalan pada diri seseorang, titik penilaiannya bisa sangat subjektif. Namun, bisa pula objektif, dalam artian menurut mayoritas.

Orang-orang bebal biasanya eksklusif, menutup diri untuk memperpanjang pembahasan. Mungkin, obrolan yang diperpanjang, bagi ia adalah suatu malapetaka. Dimana disitu, terdapat kemungkinan akan di patahkan ke-eksklusifan si bebal itu.

Pada sisi lainnya, si bebal ini juga memiliki probabilitas yang sama untuk memberi predikat bebal pula, pada orang yang menilai bahwa ia bebal.

Maka sederhanya, masing-masing kita, akan menuai sisi kontra maupun pro, pada labelling yang dimunculkan. Baik itu dari pihak sana, maupun pihak sini.

Syahdan, ruang limitasi itu juga nampak nyata adanya, pada tiap-tiap frekuensi interkasi. Bisa itu bagian dari yang berniat di pengaruhi, atau yang mempengaruhi.

Harapannya tentu, tidak ada perkembangbiakan "bebal", di persada jiwa kita.

***Solo, 5 Februari 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-