Kalaupun hanya ada dua pilihan didepan, manusia akan secara automaticly mencari pilihan ketiga, dst., Kemampun manusia tersebut, sangat menguntungkan baginya. Akan tetapi di lain sisi, bisa sangat merugikan.
Kita sebut menguntungkan, karena kemampuan meng-abstraksi objek hanya di miliki oleh manusia saja. Tidak dengan anima vegetativa, dan tidak dengan anima sensitiva. Sehingga, manusia sebagai anima intelektiva menjadi panglima eksplorasi alam.
Kemudian kita sebut merugikan, sebab pada ruang kosong mencari pilihan seperti diatas, manusia justru kerap terlena untuk tidak memilih sama sekali. Jadi, ia "golput" untuk bersikap dan bertindak.
Pada ruang limitasi ini, kita dapat menarik sebuah konklusi sederhana. Bahwa, fitrah kemampuan manusia meng-abstraksi objek kemungkinan, selalu ada dualitas yang selalu interaktif. Adalah antara bertindak tapi salah/benar, atau "golput" sama sekali.
Mau bertindak atau golput, keduanya memberi re-chek evaluatif. Yang keduanya bisa evolutif atau revolutif, tergantung jam terbang penalarannya.
***Cilacap, 14 Februari 2020.
Comments
Post a Comment