Skip to main content

Ruang Interupsi (11)

Naik dan turunnya kondisi "privat" pada individu, sudah pasti berkelindan dengan kondisi "publik" society. Hal tersebut, berlaku juga sebaliknya.

Bahkan, seorang mufasir yang mana kita claim sebagai orang yang amat dengan Tuhan pun, "produk" kinerjanya bisa "terwarnai" oleh rezim. Entah itu yang bersifat reaktif, maupun proaktif. 

Dalam menjalankan hidup ini, pilihan dan konsekuensinya selalu ada. Misalnya, konsep antara "mengikuti arus", dengan "melawan arus", keduanya bisa saja memunculkan bias makna. 

Bias makna lainnya misalnya, pada konteks korelasi individu dan masyarakat. 

Adalah kita yang akan mempengaruhi masyarakat, atau masyarakat yang mempengaruhi kita?. 

Atau malah, tanda tanya tersebut salah penempatan?

Jalan moderasi untuk menjawab bias makna tersebut, barangkali ada pada QS. Ali Imron, ayat 104.

Namun, yang menjadi note menjalankan titah Tuhan itu, hemat saya tidak kemudian ekslusif dan nir-dialogis.

***Solo, 24 Februari 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-