Dalam rangka menempuh clarity, manusia bergelut dan berjalan mencarinya. Beraneka ragam dan jenis, pendekatan masing-masing di uji-cobakan.
Ada yang menyendiri, merenung, berkontemplasi, membuka dialog besar, membangun diskursus, bergerak menelusuri hutan, dlsb.
Dualitas yang melingkar dalam diri setiap manusia, selalu menuai polemik untuk kemudian tercipta harmoni. Dari harmoni, manusia kemudian mencari polemik baru, sampai menemukan kembali harmoni baru, dan seterusnya begitu.
Manusia yang sejatinya merupakan "kumpulan ingatan", sesekali membutuhkan rehat. Entah masa lalu yang tragis-romantic. Bisa masa kini yang estetis-tragedis. Dapat pula masa depan yang probabilitis-dinamis.
Clarity yang bisa kita artikan kejernihan, selalu akan berkelindan dengan kegundahan dan sesekali kejenuhan.
Maka, upaya menempuh rasa bahagia, harus di imbangi dengan kewaspadaan terhadap keutuhan emotion, yang didalamnya bukan hanya berisi kesenangan, namun terdapat pula muatan kesedihan.
***Yogyakarta, 13 Februari 2020.
Comments
Post a Comment