Pernahkah, sesekali kita mengambil jarak dari persengketaan batin yang melelahkan?
Sudahkah, sepercik linang yang sempat ada, engkau pandang sebagai titik keberangkatan baru?
Apakah, hal-hal apa saja yang mungkin bisa kau tahan, benar-benar kau tahan?
Kalau iya, lalu kenapa bisa tidak?
Jika tidak, bagaimana misalnya iya?
Ruang itu selalu ada.
Jika dan maka, setiap saat tersedia.
Peran dan pilihan, akan selamanya tersisa.
How dan why, tak selalu menjadi awal yang baik untuk melanjutkan langkah.
Sebab kadangkala, pertanyaan who jauh lebih estetis, untuk seminimal-minimalnya menempuh jarak baru, diantara ruang limitasi yang datang dan pergi begitu saja.
***Solo, 6 Februari 2020.
Comments
Post a Comment