Pada setiap rentang perjalanan yang telah dilalui, selalu ada muatan-muatan impresi. Semuanya, lebih banyak tertampung dalam alam bawah sadar. Sebab, alam sadar paling maksimal memuat pucuk dari gunung es holistik kesadaran.
Tentu, bisa kita pastikan, bahwa gerak kaki saat bangun tidur, apakah yang turun kaki kanan terlebih dahulu, atau kaki kiri terlebih dahulu, lebih sering luput dari wilayah alam sadar. Hal tersebut, berlaku pula ada tiap-tiap aktifitas. Besar maupun kecil, dalam norma subjektif pemerannya.
Ruang limitasi yang ada pada rasa dan rasio manusia, adalah bagian dari "arogansi" yang Maha. Untuk kemudian, bahasa yang teduh adalah, aspek universal dari kemesraan-Nya.
Maka, misalnya fluktuasi jiwa yang mengencang maupun mengendor dalam peranan meng-khilafahi Bumi, juga merupakan operasionalisasi arogansi-Nya, dalam rangka menjalin ikatan metafisik dengan satu-satunya ciptaan-Nya, yang ber-"warna" homo sapiens dan homo religions.
***Solo, 13 Februari 2020.
Comments
Post a Comment