Dalam setiap harinya, barangkali tidak ada orang yang menghitung berapa jumlah tarik-hembusan nafasnya masing-masing. Tarikan dan hembusan, bisa jadi hanya dimaknai sebagai rutinitas alamiah an sich.
Lagi pula di satu sisi, untuk apa repot-repot menghitung nafas? Seberapa urgen, mengetahui untuk kemudian paham akan hal tersebut?
Dari apa yang tersimulasi diatas, barangkali dapat kita tarik sebuah simpulan sementara, bahwa ada ruang limitasi yang terdapat pada kuantitatif dan kualitatif.
Seperti hal nya ketika kita mengharapkan ketentraman, maka acapkali kita harus di paksa untuk chaos terlebih dahulu.
***Magelang, 5 Februari 2020.
Comments
Post a Comment