Skip to main content

Ruang Limitasi (12)

Jika "ruang" kita maknai sebagai jeda, maka disana terdapat hal yang berkelindan dengannya, ialah waktu. Pada tiap jeda tersebut, selalu ada dua atau bahkan lebih probability. Bisa baik, bisa pula buruk, menyesuaikan norma apa yang akan dipakai.

Setiap manusia yang hidup, masing-masing berjalan pada "ruang sepi" nya sendiri-sendiri. Kita bisa menyebutnya, sebagai jalan sunyi.

Ruang sepi itu, tidak memandang personalitas, apalagi identitas. Ruang sepi menuntut subjek utama, sebagai pemrakarsa, sekaligus pelaksana atas prakarsa tersebut. Mau di bawa kemana arah langkah, semua bergantung subjek utama itu.

Keterbatasan rasa dan rasio, berakibat langsung terhadap gerak fisiknya. Subjek utama, bebas memilih apa dan bagaimana ia akan berekspresi.

Bagi subjek yang bebal, ia akan menutup diri dari jeda dialog. Maka beruntung, bagi mereka yang memberikan liberty, bagi subjek "lainnya", untuk sama-sama sinau bareng.

***Solo, 11 Februari 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-