Skip to main content

Ruang Interupsi (1)

Akan selalu ada intensi, ditengah keriuhan society. Bisa berwujud pada esksisten sidang "kaku", sampai pada eksisten obrolan ringan di warung kopi. 

Seperti halnya pada hierarchy need milik Maslow, ia mengalir alamiah untuk bisa diwadahi. Atau seminimal-minimal, diberi "janji" untuk kapan-kapan di realisasi.

Semua intensi, memuat akumulasi ingatan. Karena ingatan itu abstrak, maka kerapkali terpaksa terpendam atau ter-delay dalam bawah sadar manusia. Kungkungan ingatan itu, menjadi "impotensi" akan aktualisasi, apabila dibiarkan begitu saja tanpa kemudian di kelola.

Karena semua manusia pasti sepakat, bahwa impotensi adalah barang menakutkan, maka jalan yang perlu di sodorkan adalah "revolusi". Terutama revolusi cara berfikir, dari beku menuju cair.

Kecairan cara berfikir, adalah pengantar menuju jalan panjang kehidupan yang terus berjalan dan berubah. Sedang untuk mencapai itu, manusia butuh ruang interupsi dalam jiwanya, pada tiap masa bahkan detik dunia.

"Sebab semesta, tidak diam saat manusia memilih untuk diam". Begitu ucap lantang, Heraklietos.

***Yogyakarta, 18 Februari 2020.



Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-