Akan selalu ada intensi, ditengah keriuhan society. Bisa berwujud pada esksisten sidang "kaku", sampai pada eksisten obrolan ringan di warung kopi.
Seperti halnya pada hierarchy need milik Maslow, ia mengalir alamiah untuk bisa diwadahi. Atau seminimal-minimal, diberi "janji" untuk kapan-kapan di realisasi.
Semua intensi, memuat akumulasi ingatan. Karena ingatan itu abstrak, maka kerapkali terpaksa terpendam atau ter-delay dalam bawah sadar manusia. Kungkungan ingatan itu, menjadi "impotensi" akan aktualisasi, apabila dibiarkan begitu saja tanpa kemudian di kelola.
Karena semua manusia pasti sepakat, bahwa impotensi adalah barang menakutkan, maka jalan yang perlu di sodorkan adalah "revolusi". Terutama revolusi cara berfikir, dari beku menuju cair.
Kecairan cara berfikir, adalah pengantar menuju jalan panjang kehidupan yang terus berjalan dan berubah. Sedang untuk mencapai itu, manusia butuh ruang interupsi dalam jiwanya, pada tiap masa bahkan detik dunia.
"Sebab semesta, tidak diam saat manusia memilih untuk diam". Begitu ucap lantang, Heraklietos.
***Yogyakarta, 18 Februari 2020.
Comments
Post a Comment