Skip to main content

Ruang Interupsi (3)

Setiap waktu memiliki fase dimana ide akan menggelar panggungnya menjadi nyata. Keterbukaan nalar akan mengisi panggung itu menjadi narasi yang memberi siraman sejuk di tengah kekeringan arah.

Dalam gerak sejarah yang sedemikian disruptif ini, agaknya perlu untuk lebih berani untuk memulai mengisi ruang-ruang yang masih menyisakan celah.

Pada term celah, bukan hanya dalam arti denotatif an sich, namun juga konotatif. Artinya, kehendak untuk "jemput bola" menjadi penting untuk kemudian dihadirkan.

Maka, jemput bola disitu bisa dimaknai sebagai tindak-tanduk dalam rangka mengajukan perlawanan atas hegemoni mainstream.

Sebagai jalan ninja menuju kesana, dibutukan space dialektika untuk menuai satu persatu tesis-antitesis, menuju titik klimaks sintesa. Tentunya, hal tersebut berlaku pada seluruh aspek semesta.

***Yogyakarta, 18 Februari 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-