Sebegitu mengerikannya waktu, hingga tiap-tiap kita kerap luput dari "yang seharusnya". Tidak berlebihan, jika makna yang senyatanya, akan bias dengan sendirinya, ketika masing-masing dari kita hanya berpangku tangan.
Bukankah, hidup adalah perjuangan tiada akhir, sampai ke titik nadir?
Dalam soal-soal tertentu, kesengajaan untuk luput memang perlu. Namun, apakah pertimbangan akan waktu yang terus berjalan, sudah dipikirkan dengan baik?
Wajarlah, jika pada saat-saat tertentu, ada "irama" yang berjalan tidak sesuai nadanya. Tetapi perlu disadari pula, bahwa akan selalu ada ruang dam waktu untuk membenahinya. Tentu, ini tidak hanya yang direncanakan saja, akan tetapi bisa diluar dari kata rencana itu sendiri.
Sudah semestinya, pada jiwa dan raga kita masing-masing, tertanam kesadaran, akan limitasi ruang. Karena tanpa ini, potensialitas kecongkakan semakin meradang.
***Solo, 11 Februari 2020.
Comments
Post a Comment