Skip to main content

Ruang Limitasi (6)

"Jika hanya orang kaya harta saja yang boleh bahagia, maka orang yang lahir dari rahim si miskin harta, pasti menderita".

"Apabila yang boleh bahagia hanya orang pintar di sekolah, maka orang yang bodoh di sekolah, pasti berlumur kesedihan".

"Misalnya, yang berhak tertawa hanya mereka yang populer, maka mereka yang hidup di pedalaman, pasti menangis seumur hidup".

Namun, apakah hal-hal diatas itu, ada dalam kenyataan?
Mungkinkah, hal-hal dalam tanda petik diatas itu, merupakan fakta?

Bisa jadi, ruang limitasi kadangkala jauh lebih penting adanya, ketimbang bias cognitive, yang acapkali malah membuncah derita dan bahagia palsu.

Sedang, manusia modern tengah bergulat dengan eskalasi kecerdasan buatan, yang kapan-kapan, mungkin akan membumihanguskan keapadanyaan semesta.

***Solo, 6 Februari 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-