Akan selalu ada pergeseran makna, pada tiap-tiap peristiwa. Entah itu yang mikro, mezo, maupun makro. Baik itu yang itu, atau ini yang ini. Bisa jadi, ini jadi itu. Pun, tak menutup kemungkinan, bahwa yang itu menjadi ini.
Pria-pria disana pun tertawa, dengan apa yang mungkin sempat menggelitik jiwanya. Begitu pula wanita-wanita disana, tak mau absen dari humor abad 21-nya.
Semuanya berkumpul, menjadi sebuah skema romantic dalam kelasnya. Bisa struktur, bisa pula kultur. Bisa tradisi, bisa pula kebudayaan.
Barangkali, kita sama-sama sempat terkalahkan oleh detak dan nafas sang waktu, yang terus melaju. Yang dengan arogan, menerjang tiap-tiap penggalan reasoning akal pikiran masing-masing kita. Pun, pada semua imaji fiksional yang baru saja terskema.
Apapun itu, lihatlah..
Betapa riuh-rendahnya alam ini berjalan. Betapa ringkas dan panjangnya, hembusan nafas seluruh elemen.
Dan, kalaupun semua cita dan cinta kemanusiaan sempat ter-delay, sebenarnya itu hanya balutan semesta, yang tak sekalipun absen membersamai. Terutama, semuanya tetap saja menaruh bercak arah "apa ada angin di Surakarta".
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 6 Januari 2019.
Comments
Post a Comment