Dimas Rahman Rizqian
Program Magister
Sains Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini, bermaksud untuk
mereksonstruksi pemikiran pendidikan karakter Mohamad Djazman Alkindi.
literature research yaitu data-data diambil dari buku, jurnal, naskah pidato,
dan lain-lain yang menyediakan data-data berkaitan dengan pembahasan ini. Jenis
penelitian ini disebut penelitian pustaka atau juga dikenal dengan istilah
kajian pustaka, yaitu bentuk penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang
memaparkan hasil kajian pustaka dan hasil olah pikir peneliti mengenai suatu
masalah/topik.
Hasil penelitian menunjukka bahwa, sosok
Mohamad Djazman Alkindi ini memiliki karakter sesuai dengan nilai utama Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK), yaitu religiusitas, integritas, gotong royong,
kemandirian, dan nasionalisme. Menjadi ciri khas tersendiri dari Mohamad
Djazman Alkindi ini, adalah pribadinya yang memancarkan kharisma man of idea
and man of action. Bukan hanya bicara, tapi bertiindak. Bukan hanya berfikir,
namun bergerak nyata. Berkembang pesatnya perguruan tinggi Muhammadiyah di
Indonesia, bahkan luar negeri, adalah buah dari “tangan dinginnya”. Begitu
juga, jejak megahnya UMS, merupakan warisan karakter yang kuat dari sosok yang
oleh penulis sebut “panglima pendidikan”.
Kata kunci: Pendidikan, Karakter,
Mohamad Djazman.
PENDAHULUAN
Secara
historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia di
muka bumi ini. Dengan perkembangan peradaban manusia, berkembang pula isi dan
bentuk termasuk perkembangan penyelenggaraan pendidikan. Hal ini sejalan dengan
kemajuan manusia dalam pemikiran tentang pendidikan. Dalam arti teknis,
pendidikan adalah proses memajukan masyarakat, melalui lembaga-lembaga
pendidikan (sekolah, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain), dengan
sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai
dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi berikutnya.[1]
Pendidikan
karakter dewasa ini menjadi isu yang cukup sentral di Indonesia. Dalam
kesejarahannya, sebenarnya sudah banyak yang menggaungkan pendidikan karakter,
yaitu dimulai dari zaman kekaisaran Roma sampai sekarang ini. Fatma dalam
jurnal Edukasia mengutip pernyataan Marcus Tulius Cicero, seorang cendekiawan
Republik Roma yang menymapiakn kepada warga kekaisaran Roma, bahwa
kesejahteraan sebuah bangsa bermula dari karakter warganya yang kuat.[2]
Bangsa
Indonesia sungguh telah melewati masa panjang dari kemerdekaannya dengan
dinamika perkembangan dan masalah yang kompleks. Disatu pihak menunjukkan
kemajuan-kemajuan yang berarti dalam kehidupannya terutama dibidang kualitas
sumberdaya intelektual dan penguasaan ilmu teknologi, tetapi pada saat yang
sama di hadapkan pada masalah-masalah mentalitas yang terkait dengan persoalan
karakter. Berkembangnya penyakit korupsi, penyalah gunaan kekuasaan, perusakan
lingkungan, kekerasan, dan sejenisnya menunjukkan lemahnya karakter sebagai
bangsa yang seharusnya memiliki jati diri yang kuat.[3]
Sejenak,
perlu kita lihat persoalan karakter yang ada di Indonesia, sebagai modalitas
dalam rangka memberikan kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter tersebut.
Dilansir dari Kompas.com[4], telah terjadi kasus
perundungan yang menimpa salah satu siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) 38,
Pekanbaru, Riau. Singkatnya, kasus tersebut berawal dari bercanda, kemudian
berujung kepada penganiayaan. Menurut pengakuan pelaku, korban mengeluarkan
kata-kata yang menyinggung perasannya, sehingga pelaku langsung melakukan
tindakan penganiayaan, sampai korban dilarikan ke rumah sakit.
Kasus
yang berkaitan dengan karakter, juga bukan hanya di lembaga pendidikan menengah
saja, namun juga terjadi di lembaga pendidikan tinggi/kampus. Kasus seks bebas
dan minum-minuman keras, marak terjadi di lingkungan kampus. Penulis menemui
kasus tersebut disalah satu kampus di daerah Solo, Jawa Tengah. Mereka para
pelaku, kerap melakukan praktik seks bebas dan minum-minuman keras di kamar kos
masing-masing. Sampai-sampai beberapa kali, pihak kepolisian menggrebek mereka.[5]
Mirisnya
lagi adalah, Indonesia sebagai Negara yang beragama ini, justru semakin gencar
kedapatan kasus korupsi. Berita tentang korupsi yang paling mutakhir datang
dari salah satu komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat, yang menjerat WS.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT)
kepada WS saat sedang melakukan perjalanan melalui pesawat. WS ditangkap tangan
karena kedapatan menerima suap dari oknum partai politik.[6] Tentunya, masih banyak
deretan kasus perihal karakter ditubuh bangsa ini.
Berangkat
dari keprihatinan penulis atas kebobrokan karakter di Indonesia pada khususnya,
maka kemudian penulis mengangkat penelitian terkait pendidikan karakter. Walaupun
telah banyak kita jumpai bersama, penelitian-penelitian mengenai pendidikan
karakter di Indonesia, namun tanggung jawab bersama sebagai anak bangsa, adalah
tetap selalu berupaya mencari dan menemukan, formula-formula terbaik dalam
usaha merespon persoalan pendidikan karakter yang solutif.
Dalam
penelitian ini, penulis mengkaji pemikiran tokoh bernama Mohamad Djazman
Alkindi. Berdasarkan literatur yang ada, sosok Mohamad Djazman Alkindi, adalah
salah satu dari tokoh yang konsen dan berpengaruh luas, terutama terhadap dunia
pendidikan di Indonesia. Hal yang kemudian paling menonjol dari sosok Mohamad
Djazman Alkindi, adalah inisiasinya mendirikan lembaga perguruan tinggi, bernama
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Maka dengan ini, penulis mengangkat
judul “Rekonstruksi Pemikiran Pendidikan Karakter Mohamad Djazman Alkindi.”
KERANGKA TEORI
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang
tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo
– Jusuf Kalla dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi
dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir,
bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah
religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-nilai ini
ingin ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan
nasional agar diketahui, dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di
sekolah dan di masyarakat. PPK lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan
yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun sekaligus melihat ada banyak
harapan bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut lembaga pendidikan untuk
mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa
individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan.
Memahami latar belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting
bagi kepala sekolah agar dapat menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan
di daerah masing-masing. Adapun tujuan
PPK adalah Membangun dan membekali
Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 guna menghadapi
dinamika perubahan di masa depan. Mengembangkan platform pendidikan nasional
yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dengan memperhatikan
keberagaman budaya Indonesia. Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan
kompetensi ekosistem pendidikan. [7]
METODE PENELITIAN
Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan data-data literatur, sedangkan
penelitiannya bersifat literature
research yaitu data-data diambil dari buku, jurnal, naskah pidato, dan
lain-lain yang menyediakan data-data berkaitan dengan pembahasan ini. Jenis
penelitian ini disebut penelitian pustaka atau juga dikenal dengan istilah
kajian pustaka, yaitu bentuk penampilan argumentasi penalaran keilmuan yang
memaparkan hasil kajian pustaka dan hasil olah pikir peneliti mengenai suatu
masalah/topik.[8]
Karya
ilmiah yang berkaitan dengan Mohamad Djazman Alkindi, sudah penulis kumpulkan.
Diantaranya, tulisan-tulisan dari Mohamad Djazman, yang kemudian oleh tim
editor dibuat menjadi buku yang berjudul “Muhammadiyah Peran Kader dan
Pembinaannya, 1990” dan “Ilmu Amaliah, Amal Ilmiah, 2019”, “Kumpulan
pidato-laporan rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta pada hari jadi-dies
natalis ke-26 (1984)-33 (1991), Menatap Masa Depan Menelusur Kembali Konsep
Dasar Pengembangan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1991”. Dalam bentuk
jurnal, terdapat dua tulisan yaitu “Djazman Alkindi: Pendidikan dan Perkaderan,
Dartim Ibnu Rushd dan Joko Suryanto , 2016”, serta “Percikan Pemikiran
Pendidikan Mohamad Djazman: Kajian Konsep Muslim Intelektual dan Ethos kerja
Islam, Mohammad Ali & Dartim Ibnu Rushd, 2017”.
Adapun
teknik analisis data dalam penelitian ini, ialah dengan mengungkap satu persatu
nilai utama Penguatan Pendidikan karakter (PPK), menurut Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis kemudian
menganalisisnya berdasarkan temuan pustaka yang ada, baik itu biografi Mohamad
Djazman Alkindi, tulisan pribadinya, dan karya ilmiah yang terkait.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biografi
Mohamad Djazman Alkindi.
Lahir
di Yogyakarta, pada tanggal 6 September 1938. Pendidikannya dimulai di SR, SMP,
SMA bagian B di Yogyakarta. Kemudian di Universitas Gajah Mada (UGM), dan
memperoleh gelar sarjana sastra 1962, dan sarjana geografi 1965. Mengikuti
management course di University of Malaya Kuala Lumpur dan mengikuti program
non gelar pada fakultas pascasarjana Universitas Mc Gill, Montreal Canada pada
tahun 1974-1975.
Diluar
studinya, Mohamad Djazman Alkindi, pernah menjadi anggota DPRGR/MPRS Orde Baru
1966-1971. Pernah menjabat sebagai wakil ketua yayasan Masa Kini dan pimpinan
umum Suara Muhammadiyah. Kemudian, menjadi dosen UMS. Pernah juga menjabat
sebagai pengurus harian badan wakaf Universitas Islam Indonesia (UII), ketua
umum badan kerjasama perguruan tinggi swasta Jawa Tengah, ketua badan musyawarah
perguruan tinggi swasta Jawa Tengah.
Pada
tahun 1985 diangkat oleh menteri P dan K sebagai anggota dan badan kerja
lembaga perguruan tinggi swasta nasional. Tahun 1988 diangat oleh menteri agama
sebagai anggota lembaga perguruan tinggi agama Islam departemen agama. Pada
tahun 1989, oleh presiden diangkat menjadi anggota badan pertimbangan
pendidikan nasional. Sedangkan di Muhammadiyah, pernah menjadi ketua badan
pendidikan kader 1974-1978. Sekretaris jenderal Muhammadiyah 1971-1974. Ketua
majelis pendidikan tinggi penelitian dan pengembangan 1985.[9]
Pada
waktu mudanya, Mohamad Djazman Alkindi berkiprah sebagai sekretaris dan wakil
ketua Pemuda Muhammadiyah dan ikut berperan bagi kelahiran Ikatan Pelajar
Muhammadiyah (IPM) pada 1963. Pada 1964 berikutnya, membidani lahirnya Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan menjadi ketua umum IMM pertama. Kemudian,
sewaktu diberikan amanat menjadi rektor Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
(IKIP) Muhammadiyah Surakarta, lalu pada tahun 1981 Mohamad Djazman Alkindi, menginisiasi
lahirnya Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), dengan menggabungkan IKIP
Muhammadiyah Surakarta dengan Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM)
Surakarta.[10]
Pendidikan Karakter Mohamad Djazman
Alkindi.
1. Religiousitas.
Dibawah ini, saya kutip tulisan dari Mohamad Djazman
Alkindi, yang mana beliau memberikan judul, “Agama dan Kehidupan Modern”,
dibawah ini:
“Sikap religius seorang Muslim selalu dijiwai oleh
kehendak akan menegakkan akidah Islam tanpa mengabaikan prinsip toleransi.
Kehidupan sehari-harinya selalu dibimbing oleh akhlak yang mulia. Taat
melakukan ibadah dan mempunyai self
confidence (keyakinan diri) untuk menghadapi dunia yang senantiasa
berubah.”[11]
2. Integritas.
Sebenarnya, untuk melihat integritas dari sosok
Mohamad Djazman Alkindi, merupakan perkara yang mudah. Dengan melihat
kobobrokan karakter yang menimpa sebagian masyarakat Indonesia yang telah
penulis paparkan dalam pendahuluan. Integritas yang kita maknai sebagai satunya
kata dengan tindakan, adalah hal yang benar-benar melekat dalam diri beliau.
3. Gotong
royong.
Hemat penulis, tidak berlebihan apabila Mohamad
Djazman alkindi, penulis sebut sebut sebagai “panglima pendidikan”. Sebab,
perjalanan hidupnya selalu berkelindan dengan pendidikan, dan hampir selalu
menjadi inisiator dalam bidang pendidikan. Terutama pendidikan dalam lingkungan
Muhammadiyah, dengan terobosannya mendirikan UMS dan majelis pendidikan tinggi
Muhammadiyah. Berkat jiwa visioner yang dimiliki Mohamad Djazman, pendidikan
dilingkungan Muhammadiyah berkembang dan bertumbuh sangat pesat.
Saat menjadi rektor, Mohamad Djazman Alkindi,
berpidato pada peringatan dies natalis ke-26 UMS, yang diberi judul “mengejar
keterlambatan dengan kerja keras sebagai pengabdian”. Dalam pidato tersebut,
beliau menyampaikan pentingnya sikap kebersamaan dalam kelembagaan. Berikut
penulis kutip sekilas.
“Sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS), hanya mungkin
memantapkan kelembagaannya sebagai persiapan untuk memasuki fase pengembangan
akademik apabila didukung oleh sikap budaya civitas academica yang sesuai
dengan iklim pengembangan itu, ialah: sikap kebersamaan tanpa menghambat
prestasi individu, motivasi prestasi dan sikap arif.”[12]
4. Kemandirian.
Terkait kemandirian ini, adalah satu dari sekian
banyak hal yang berulangkali disampaikan oleh Mohamad Djazman. Seperti yang hal
nya yang telah dikutip oleh Dartim dalam tulisannya, sebagai berikut:
“Jadi kita harus mandiri dalam segala urusan tetapi
kemandirian itu bukan berarti harus berdiri sendiri justru harus bekerja sama
yang mengarah kepada hal-hal yang bersifat mandiri”.[13]
5. Nasionalisme.
Karakter nasionalisme, tidak selalu
ditunjukkan dengan berkoar-koar. Namun, nasionalisme sejati adalah mereka yang
membuktikannya dengan sebuah aksi kongkret. Perjalanan hidup Mohamad Djazman
Alkindi, pernah dilaluinya dengan masuk kedalam lingkungan pemerintahan.
Mohamad Djazman Alkindi, pernah menjabat
sebagai anggota Dewan DPR utusan daerah, seangkatan dengan Cosmas Batubara”.[14]
PENUTUP
Dari
seluruh penjelasan yang telah penulis sajikan diatas, memberikan kesimpulan
bahwa, sosok Mohamad Djazman Alkindi ini memiliki karakter sesuai dengan nilai
utama PPK, yaitu religiusitas, integritas, gotong royong, kemandirian, dan
nasionalisme.
Menjadi
ciri khas tersendiri dari Mohamad Djazman Alkindi ini, adalah pribadinya yang
memancarkan kharisma man of idea and man of action. Bukan hanya bicara, tapi
bertiindak. Bukan hanya berfikir, namun bergerak nyata.
Berkembang pesatnya perguruan tinggi
Muhammadiyah di Indonesia, bahkan luar negeri, adalah buah dari “tangan
dinginnya”. Begitu juga, jejak megahnya UMS, merupakan warisan karakter yang
kuat dari sosok yang oleh penulis sebut “panglima pendidikan”.
Maka hendaknya, generasi saat ini
dan yang akan datang, dapat menyerap jiwa dan nafas pendidikan karakter beliau,
harus terus dihidupkan sejak dalam pikiran dana sampai pada tindakkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi
Siswoyo dkk. 2008. Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press.
Fatma
Laili Khoiru Nida. 2013. Intervensi Teori Perkembangan Moral Lawrence
Kohlberg
Dalam Dinamika Pendidikan Karakter, “Jurnal”, Edukasia: Journal Pendidikan,
Vol. 8, No. 2, Agustus, 2013.
Haedar
Nashir. 2013. Pendidikan Karakter
Berbasis Agama & Budaya, Yogyakarta: Multi Presindo.
https://regional.kompas.com/read/2019/11/12/09115851/usut-kasus-bullying-siswa-smp-di-pekanbaru-polisi-periksa-5-saksi?page=all.
Diakses pada tanggal 16 januari 2020. Jam 03.14 WIB.
Observasi
penulis, pada rentang waktu bulan Februari-Desember 2019.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200109205545-12-464047/kronologi-suap-wahyu-setiawan-yang-melibatkan-staf-pdip.
Diakses pada tanggal 16 Januari 2020. Jam 13.36 WIB.
https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_id=132.
Diakses pada tanggal 18 Januari 2020. Pada jam 02.39 WIB.
Ali
Saukah. 2000. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah, Malang: IKIP Malang.
Kumpulan
pidato-laporan rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta pada hari jadi-dies
natalis ke-26 (1984)-33 (1991), Menatap
Masa Depan Menelusur Kembali Konsep Dasar Pengembangan Universitas Muhammadiyah
Surakarta, (Surakarta: Humas UMS, 1991.
Mohamad
Djazman Alkindi. 2019. Ilmu Amaliyah Amal
Ilmiah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Dartim
Ibnu Rusyd dan Joko Suryanto, Djazman Alkindi: Pendidikan dan Perkaderan, Jurnal, Tajdida, Vol. 14, No. 2, Desember
2016.
Mohamad
Ali & Dartim Ibnu Rushd, Percikan Pemikiran Pendidikan Mohamad Djazman:
Kajian Konsep Muslim Intelektual dan Ethos Kerja Islam, Jurnal, Tajdida, Vol. 15, No. 1, Juni 2017.
[1]Dwi Siswoyo dkk, Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press, 2008,hlm.15-18.
[2]Fatma Laili Khoiru Nida,
“Intervensi Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg Dalam Dinamika
Pendidikan Karakter”, Edukasia: Journal Pendidikan, Vol. 8, No. 2 (Agustus, 2013),
272.
[3]Haedar Nashir, Pendidikan Karakter Berbasis Agama & Budaya, (Yogyakarta: Multi
Presindo, 2013), hlm. 3.
[4]https://regional.kompas.com/read/2019/11/12/09115851/usut-kasus-bullying-siswa-smp-di-pekanbaru-polisi-periksa-5-saksi?page=all. Diakses pada tanggal 16 januari
2020. Jam 03.14 WIB.
[5]Observasi penulis, pada rentang
waktu bulan Februari-Desember 2019.
[6]https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200109205545-12-464047/kronologi-suap-wahyu-setiawan-yang-melibatkan-staf-pdip. Diakses pada tanggal 16 Januari
2020. Jam 13.36 WIB.
[7]https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_id=132. Diakses pada tanggal 18 Januari
2020. Pada jam 02.39 WIB.
[8]Ali Saukah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Malang: IKIP Malang, 2000), 28.
[9]Kumpulan pidato-laporan rektor
Universitas Muhammadiyah Surakarta pada hari jadi-dies natalis ke-26 (1984)-33
(1991), Menatap Masa Depan Menelusur
Kembali Konsep Dasar Pengembangan Universitas Muhammadiyah Surakarta,
(Surakarta: Humas UMS, 1991), hlm. 65.
[10]Mohamad Djazman Alkindi, Ilmu Amaliyah Amal Ilmiah, (Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah, 2019), hlm. 265.
[11]Mohamad Djazman Alkindi, Ilmu Amaliyah Amal Ilmiah, (Yogyakarta:
Suara Muhammadiyah, 2019), hlm. 195.
[12]Kumpulan pidato-laporan rektor
Universitas Muhammadiyah Surakarta pada hari jadi-dies natalis ke-26 (1984)-33
(1991), Menatap Masa Depan Menelusur
Kembali Konsep Dasar Pengembangan Universitas Muhammadiyah
Surakarta,,,,,,,,,,,,,,hlm. 3
[13]Dartim Ibnu Rusyd dan Joko
Suryanto, Djazman Alkindi: Pendidikan dan Perkaderan, Jurnal, Tajdida, Vol. 14, No. 2, Desember 2016, hlm. 64.
[14]Mohamad Ali & Dartim Ibnu
Rushd, Percikan Pemikiran Pendidikan Mohamad Djazman: Kajian Konsep Muslim
Intelektual dan Ethos Kerja Islam, Jurnal,
Tajdida, Vol. 15, No. 1, Juni 2017, hlm. 28.
Comments
Post a Comment