Naik dan turunnya suasana jiwa, adalah yang lumrah. Ketika naik, tentu semuanya terasa mudah. Namun sebaliknya saat turun, semua menjadi berat adanya.
Kita, acapkali kehilangan "arti" saat semuanya hilang. Kita, kadangkali harus tertatih, bahkan termehek-mehek oleh karena tajamnya dunia. Dan kita, pun sesekali harus merasakan panasnya debu jalanan yang membentang.
Semua itu memang alamiah adanya, tak terkecuali pada mimpi-mimpi yang terpaksa tertunda, oleh karena "kahanan" yang ada.
Titik balik atas keterputusan asa, memang selalu ada. Akan tetapi, itu semua tidaklah hadir dengan sendirinya. Melainkan, diperlukan pencarian yang tidak hanya meletihkan, namun juga melelahkan.
Titik balik itulah, yang oleh umumnya orang tak disadari muncul oleh sebab adanya cahaya.
Orang yang telah mendapatkan "cahaya", akan dapat meningkat self esteem-nya. Terlebih, bagi mereka, orang-orang yang berada pada jalur-Nya.
Namun, berbeda halnya pada mereka, yang memilih untuk membelakangi-Nya. Padahal sesungguhnya, ia tengah berbohong pada takdirnya sendiri.
Mirisnya, orang modern lebih nyaman, dengan pilihannya itu. Itulah free will palsu, yang mereka bangga-banggakan setiap saat.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 9 Januari 2020.
Menohok... Mantap pak kakops.. ��
ReplyDeleteterimakasih mas manten hehe
ReplyDelete