Skip to main content

(m) Oral

Problem dan problem, sangat amat nggelani ati. Sambat demi sambat terlontar dalam benak, namun tersendat dalam ucap. Sesaat setelah arogansi akademik mempertontonkan kepongahannya.

Lagi-lagi ini soal morality, suatu sikap kebudayaan kelas bawah yang ternyata tidak sama sekali berbanding lurus dengan tinggi-rendahnya strata pendidikan formal.

Katanya, literasi itu PR besar bangsa. Nyatanya, itu hanyalah kesombongan teks-teks basi, yang katanya ilmiah.

Soal moral adalah soal kebudayaan. Soal moral adalah soal jam terbang experience. Dan, soal moral adalah soal relijiusitas yang terinternalisasi dalam sikap dan tindakan yang sopan nan santun.

Sikap stereotip jelas adalah musuh akademis, namun hal tersebutlah yang tidak pernah dilepas dari kekuatam arogansi.

Hati macam apa yang dengan tega, meludahi perasaan. Akal macam apa yang dengan kejam meludahi nalar sehat.

Moral literasi! 
Itu PR peradaban. Bukan hanya PR bangsa Indonesia an sich.

Peradaban jelas dibangun atas moral, sedang akademik hanyalah alat yang terbatas pada pengungkapan realitas.

Moral bukan hanya di ucapkan, apalagi sekedar diucapkan. Moral jelas kudu dilakoni.

Moral tidak akan hidup tanpa tepo sliro.
Moral akan mati, jika arogansi intelektual dikedepankan.

Dan, moral akan lenyap, saat penjelasan tidak diterima apa adanya, serta tidak pernah memahami situasi, kondisi, dan konteksnya.

Moral?! Bahhh!!!!

Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 8 November 2019.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-