Problem dan problem, sangat amat nggelani ati. Sambat demi sambat terlontar dalam benak, namun tersendat dalam ucap. Sesaat setelah arogansi akademik mempertontonkan kepongahannya.
Lagi-lagi ini soal morality, suatu sikap kebudayaan kelas bawah yang ternyata tidak sama sekali berbanding lurus dengan tinggi-rendahnya strata pendidikan formal.
Katanya, literasi itu PR besar bangsa. Nyatanya, itu hanyalah kesombongan teks-teks basi, yang katanya ilmiah.
Soal moral adalah soal kebudayaan. Soal moral adalah soal jam terbang experience. Dan, soal moral adalah soal relijiusitas yang terinternalisasi dalam sikap dan tindakan yang sopan nan santun.
Sikap stereotip jelas adalah musuh akademis, namun hal tersebutlah yang tidak pernah dilepas dari kekuatam arogansi.
Hati macam apa yang dengan tega, meludahi perasaan. Akal macam apa yang dengan kejam meludahi nalar sehat.
Moral literasi!
Itu PR peradaban. Bukan hanya PR bangsa Indonesia an sich.
Peradaban jelas dibangun atas moral, sedang akademik hanyalah alat yang terbatas pada pengungkapan realitas.
Moral bukan hanya di ucapkan, apalagi sekedar diucapkan. Moral jelas kudu dilakoni.
Moral tidak akan hidup tanpa tepo sliro.
Moral akan mati, jika arogansi intelektual dikedepankan.
Dan, moral akan lenyap, saat penjelasan tidak diterima apa adanya, serta tidak pernah memahami situasi, kondisi, dan konteksnya.
Moral?! Bahhh!!!!
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 8 November 2019.
Comments
Post a Comment