Waktu berjalan, seolah lebih lama dari biasanya. Ada rasa yang meronta-ronta dalam dada, sesaat setelah engkau mengabari perihal penantian.
Tidak ada yang salah atas semua ini, hanya saja, kerap kali gumam bernada sesak dan menyesakkan. Perihal kepastian dan penantian, yang sebenarnya sudah jelas arah, namun tiada jaminan.
Tentang kita, sebagai korban dari jarak yang membentang. Aku memang kali ini, tengah berada di jalanan Solo-Yogya, sedang dirimu masih jauh disana.
Kabarmu tentu baik-baik saja, seperti saat terakhir kali kita jumpa, walau sekecap kalimatpun, sampai tak mau terungkap.
Tapi, setidaknya kau dan aku pernah merasakan, apa yang kita sama-sama sebut sebagai prasasti kebersamaan.
Angin di Surakarta, dan semua hal tentang kita, menyatu dalam nada dan suara, yaitu "sampai kapan jalanan seramai ini, sedang hanya aku sendiri yang tengah kesepian".
Oh..
Cinta, bersabarlah.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 12 November 2019.
Comments
Post a Comment