Skip to main content

Apa Ada Angin di Surakarta (23)


Waktu berjalan, seolah lebih lama dari biasanya. Ada rasa yang meronta-ronta dalam dada, sesaat setelah engkau mengabari perihal penantian.

Tidak ada yang salah atas semua ini, hanya saja, kerap kali gumam bernada sesak dan menyesakkan. Perihal kepastian dan penantian, yang sebenarnya sudah jelas arah, namun tiada jaminan.

Tentang kita, sebagai korban dari jarak yang membentang. Aku memang kali ini, tengah berada di jalanan Solo-Yogya, sedang dirimu masih jauh disana. 

Kabarmu tentu baik-baik saja, seperti saat terakhir kali kita jumpa, walau sekecap kalimatpun, sampai tak mau terungkap.

Tapi, setidaknya kau dan aku pernah merasakan, apa yang kita sama-sama sebut sebagai prasasti kebersamaan.

Angin di Surakarta, dan semua hal tentang kita, menyatu dalam nada dan suara, yaitu "sampai kapan jalanan seramai ini, sedang  hanya aku sendiri yang tengah kesepian".

Oh..
Cinta, bersabarlah.

Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 12 November 2019.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-