Skip to main content

Apa Ada Angin di Surakarta (32)

Betapa mudahnya dirimu memegang pundak kiriku waktu itu. Angin dan dedauan pohon kelapa, dengan amat jelas menjadi saksi bisu sentuhan tanganmu itu. Tak terkecuali, berpuluh pasang mata disana, ikut serta bersaksi dalam rentang hidupnya.

Mungkin, sangkaku, engkau khilaf. Namun, sangkaku salah. Engkau ternyata menikmati khilafmu itu. Dan aku, sialnya terlena akan kenimkatan khilaf yang engkau ajukan.

Diam-diam engkau memendam orientasi kebusukan. Pelan-pelan engkau memasuki, apa yany disebut "pendahuluan" dosa-dosa. Dan lagi-lagi, kesialanku datang kembali, engkau menikmati, sedang aku terlena kenikmatan.

Siapa yang menyangka, akan semua ini. Apakah itu karena sebabmu saja, atau juga sebabku? Ini pertanyaan yang cukup terlambat muncul.

Sebab, dosa termanis telah dan sampai pada titik nadir. Engkau tertawa, sedang aku terluka. Engkau berkelakar, sedang aku tercabik dan hancur.

Sungguh, malam itu menjadi kekelaman yang menghujam. Yang kemudian, angin di Surakarta ini, menertawai kekonyolan sikap dan tindakan malam itu.

Oh, kejamnya engkau, yang tega dan sengaja, melukai cinta dan rindu, milik sederet hati.

Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 24 November 2019.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-