Skip to main content

Rhapsody Gulita (3)

Kerap kali ada diksi-diksi yang tak mampu terucap dalam kata. Apalagi, saat engkau dengan teduhnya menatap. Sesekali mulut terbata, berulangkali justru hati tersundut gagap, pun tingkah beralih menjadi gugup tak beraturan.

Apa yang terjadi gerangan? Sulit untuk disulut, malah-malah kretek selalu menjadi pelampias dahaga rindu, yang jelas engkau suguhkan. Bukan hanya tersuguh beberapa kali, namun setiap hari.

Berulang kali, titik dada mengelupas menjadi sari-sari rasa, yang terperas oleh papas dari parasmu. Bahkan, yang paling signifikan adalah, kelakar-kelakar manja perihal senyummu yang tertetes. Membuat denyut jantung, terhenti untuk sementara.

Betapa mudahnya, hati yang telah mantap pada posisinya, beralih menuju purnama senyummu. 

Entah karena cahaya yang memancar dan menyerbak, atau tentang candu yang diam-diam membunuh?

Bukan! Ini bukanlah salahmu, ini jelas salahku! Salahku, yang menaruh ranjau rindu, diatas tepian danau kala itu.

Dan kini, senyummu perlahan redup, membersamai lalu-lalang kendaraan, di penghujung pergantian malam dan siang.

Rhapsody gulita, lagi-lagi muncul dengan amat tega, yang dengan jelas sengaja, menggurui derita.

Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 27 November 2019.


Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-