Sesaat setelah nada dan suara riuh-rendah, mulai terhimpit gulita, kau menjadi satu dari sekian purnama.
Indahmu natural, senyummu merekah, sedang tatapmu menyala. Barangkali, musuh terbesar hiasan-hiasan dinding, adalah parasmu yang lugu itu.
Engkau yang datang membawa tas kecil dipundakmu, menyapaku dengan lembut. Apakah gerangan semua ini? Apa iya, ini hanyalah sebuah imaji yang meng-ilusi? Atau, semacam surga cinta yang hadir, dikala gulita menjumpai?
Nyatanya, rhapsody kembali hadir membersamai angin disini. Iya disini, tepat dihadapanmu sayangku.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 20 November 2019.
Comments
Post a Comment