Skip to main content

Apa Ada Angin di Surakarta (28)

Debu-debu jalanan, letupan-letupan obrolan, riuh-rendah nada dan suara, menyatu dalam aktifitas sudut Kota Surakarta.

Sesaat setelah lampu-lampu dinyalakan, ternyata engkau masih menjadi sosok yang aku perjuangkan. Engkau adalah satu dari sekian cita, yang aku tempatkan pada catatan juang.

Nostalgia SMA, tempat-tempat yang pernah kita kunjungi, dan nama anak yang dulu sempat tersemat, kini lenyap. Setelah orang tuamu memberi keputusan sepihak.

Pedih pastinya, namun apalah daya, diriku hanyalah balungan kere semata. Dan, yang paling menyedihkan adalah, engkau rela memutus tali yang pernah kita sama-sama ikat.

Begitu mudahnya engkau berbohong pada rasamu sendiri. Begitu ringannya, tali ikatan itu, lepas begitu saja.

Cincin yang pernah aku sematkan pada jari manismu, kini terlepas dan terhempas, membersamai riuhnya angin di Surakarta.

Seketika itu juga, benak ini berfikir "bagaimana mungkin aku akan sanggup melupakanmu, bagaimana caranya?" 

Entahlah, waktu itu aku hanya bisa membisu, menerima apa adanya atas sikapmu itu.

Mungkin, ini aku hanyalah angin lalu bagimu. Namun bagiku, engkau tetaplah rumah tempat rinduku merekah. 

Tetapi kini, rumah itu hanyalah hiasan dinding hati, yang jelas tak mungkin lagi, menjadi tempatku merebahkan rindu yang menyesakkan dada.

Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 17 November 2019.


Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-