Skip to main content

Initial Noting: Kulminasi Tinggi Rendah.

Akan selalu ada titik kulminasi dalam setiap pergumulan, dari yang mikro sampai yang makro. Bahkan tak terkecuali, pada setiap diri manusia.

Kulminasi itu, semacam menandai adanya sebuah revolusi, bukan sekadar reformasi. Kalai sudah revolusi, maka potensialitasnya bisa sampai "berdarah-darah".

Yang saya maksud sebagai kulminasi disini, jelas dalam artian yang konotatif.
Bisa bermakna jatuh sejatuh-jatuhnya, atau berarti naik senaik-naiknya.

Lagi-lagi "sikap" lah yang akan mampu "berbicara banyak". 

Layaknya lapar, akankah selalu menunjuk pada si miskin, atau bisa menunjuk pada si kaya?

Miskin dan kaya disini, apakah hanya ekonomi an sich? atau ada indikasi lain, dari sekadar soal perut?

Mungkinkah soal ketenangan hidup, akan menjadi primer? 

Nampaknya, arus besar kita belum beranjak kesana.

Dengan realitas ini, seminimal-minimalnya, kita memperoleh insight, untuk manaruh waspada dan siaga, khususnya terhadap dinamika yang "absolut". Untuk kemudian, mengambil konasi terbaik untuk revolusi.

Wallohu a'lam.
Surakarta, 24 November 2019.




Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-