Skip to main content

Sedang, Bunga-Bunga Pun Berjatuhan. (5)


Wajah jalanan di komplek Stasiun Solo Balapan, kali ini cukup lenggang. Menandai, dini hari telah tiba. 

Dini hari adalah sebelum cahaya. Sebelum sayup-sayup penduduk, memulai aktifitas yang ragam jenisnya.

Ditengah lalu-lalang yang cenderung lenggang ini, nampaknya diri ini masih menyimpan timbunan memori yang cukup merimbun. 

Terlebih, pada ucap janji yang telah tergores. Tentang asa untuk sesegera menjumpaimu, di tanah kelahiranmu, tanah kelahiran kita.

Asa yang akan sama-sama kita upayakan itu, sudah dan telah kita sematkan dalam dada. 

Kadangkala, rindu membuncah dan merekah. Pun, rindu itu kerap menyesakkan dada, oleh karena jiwa ini menghirup manisnya aromamu.

Satu hal yang pasti selalu memberi konklusi, adalah senyumanmu, pipi kemerahanmu, dan gelang bertali hitam yang sampai sekarang masih aku simpan.

Wallohu a'lam.
Surakarta, 21 November 2019.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-