Skip to main content

IMM Ahmad Dahlan: Dalam Bingkai Kampus Hijau


IMM Ahmad Dahlan: Dalam Bingkai Kampus Hijau.
oleh:
Dimas Rahman Rizqian[1]
Pendahuluan
Masyarakat Muslim Purwokerto dan Kabupaten Banyumas pertama kali mengenal Muhammadiyah adalah ketika Kiyai Ahmad Dahlan memberikan pengajian akbar di masjid Agung Baitus-Salam, sebelah barat alun-alun Purwokerto, pada tahun 1920. Kehadiran Kiyai Dahlan pada waktu itu di sambut hangat oleh tokoh-tokoh Islam di Purwokerto.[2] Kehadiran K.H. Ahmad Dahlan yang kedua pada 1921 dapat dianggap sebagai momentum yang teapat untuk menyusun pengurus persyarikatan Muhammadiyah cabang Purwokerto. Dengan disaksikan oleh K.H. Ahmad Dahlan, kepengurusan persyarikatan Muhammadiyah cabang purwokerto berhasil dibentuk dan langsung disahkan oleh beliau pada waktu itu juga. Kemudian pada 9 Oktober 1921, dengan agenda HB. 438/7, pengurus Muhammadiyah cabang Purwokerto secara resmi agar mengusulkan agar Muhammadiyah Pusat menetapkan persyarikatan Muhammadiyah yang berada di Purwokerto. Satu tahun kemudian, dengan Surat Ketetapan no. 11/BM tertanggal 15 November 1922, Presiden (sekarang sama dengan ketua PP) Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan, meresmikan persyarikatan Muhammadiyah di Purwokerto menjadi cabang persyarikatan Muhammadiyah.[3]
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto[4], merupakan salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang ada di Indonesia. IAIN Purwokerto, seperti namanya adalah kampus yang berada di kota satria (baca: Purwokerto). Purwokerto sendiri merupakan ibu kota dari kabupaten Banyumas, provinsi Jawa Tengah. Seperti hal nya kampus-kampus lainnya, di kampus tersebut terdapat organisasi intra meliputi lembaga eksekutif (DEMA-I, DEMA-F, HMJ dan HMPS) dan lembaga legislatif (SEMA-I, SEMA-F), juga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Sedangkan organisasi ekstra kampus, ada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). baik organisasi intra maupun ekstra, sejauh ini memiliki track record yang baik, kecuali KAMMI yang sudah kurang lebih 4 tahun vakum dalam proses perkaderannya.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Kampus IAIN Purwokerto berdiri sejak tahun 1986 yang di prakarsai oleh Ibnu Hasan (Ketua PDM Banyumas periode 2010-2020), Sugeng, Andi Rofik dan kawan-kawannya.[5] Sekarang tahun 2017, itu artinya bahwa IMM di kampus tersebut sudah berumur 31 Tahun, tentu dialektika sejarah telah mendewasakannya sampai sekarang ini. IMM di IAIN Purwokerto terdiri dari 4 pimpinan komisariat dan 1 koordinator komisariat.  Berada dalam wilayah sosiologis kampus yang heterogen dan cenderung di dominasi oleh kaum Nahdhiyin, merupakan tantangan tersendiri dalam proses suksesi organisasi (baca: IMM). Walaupun notabene memiliki kedudukan yang sama dengan PMII dan HMI, sebagai organisasi ekstra kampus, akan tetapi memilih untuk ber-IMM  di kampus hijau (sebutan familiar untuk IAIN Purwokerto), merupakan pilihan yang kendel dalam menghadapi sentimen yang bisa saja suatu saat timbul akibat perbedaan persepsi ritualitas keagamaan dengan organisasi lainnya. Dalam tulisan ini, penulis memberikan batasan pembahasan, yaitu IMM IAIN Purwokerto pada era kepemimpinan periode 2016/2017, yaitu menyangkut pembahasan, 1). kaidah korkom PC IMM Banyumas, visi-misi korkom IMM Ahmad Dahlan, gambaran umum 4 komisariat dan prosesi perkaderannya.
Kaidah Koordinator Komisariat (korkom).
Mengacu pada ketetapan hasil pembahasan kaidah korkom PC IMM Banyumas pada tanggal 29 Dzulhijjah 1437 H bertepatan dengan 01 oktober 2016 M. Pimpinan koordinator komisariat (korkom) adalah kelengkapan fungsional organisasi yang mengkoordinir komisariat-komisariat IMM di suatu perguruan tinggi atau tempat tertentu yang berada di dalam wilayah pimpinan cabang (PC). Dalam hal ini korkom IMM Ahmad Dahlan IAIN Purwokerto berada di wilayah PC IMM Banyumas. Korkom terbentuk apabila telah ada sedikitnya tiga komisariat di wilayah cabangnya. Dasar pembentukannya yaitu AD IMM Bab V Pasal 12 Ayat 2 poin C dan ART IMM Bab III Pasal 9 Ayat 3. Tujuan korkom IMM adalah terwujudnya efektivitas dan visibilitas pelaksanaan program organisasi serta terbinanya komisariat-komisariat IMM yang di pimpinnya secara optimal dalam rangka memacu dinamika dan stabilitas. Adapun fungsi korkom yaitu mengkoordinir program-program komisariat yang ada di wilayahnya dan mewakili pimpinan cabang dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan komisariat yang ada di wilayahnya. Korkom berwenang untuk mengkoordinir kerjasama komisariat dalam melaksanakan program, memberikan motivasi yang mengarah pada tujuan IMM dan menyelenggarakan administrasi intern/antar lembaga di wilayahnya. Korkom berkewajiban untuk melaksanakan program PC yang di limpahkan, menjalin kerjasama dengan semua lembaga yang ada di perguruan tinggi, memperluas wilayah dakwah dan bertanggung jawab kepada PC. Struktur organisasi korkom terdiri dari Ketua, sekretaris, bendahara, bidang kader, bidang media, bidang internal, bidang eksternal dan jumlah personalia korkom terdiri minimal 6 orang. Masa jabatan korkom yaitu selama satu periode/ 1 tahun.[6]
Visi-Misi IMM Ahmad Dahlan IAIN Purwokerto Periode 2016/2017.
Sebuah organisasi di nilai baik ketika memiliki cita-cita yang di idealkan oleh anggota/pimpinan yang ada di dalamnya, begitu juga dengan IMM yang memiliki tujuan yang termaktub dalam AD IMM Bab III Pasal 7 yang berbunyi: “mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlaq mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah”. Akan tetapi visi/tujuan tersebut masih sangat universal bagi seluruh IMM dalam sekala makro, maka di perlukan formulasi yang tepat dan di sesuaikan dengan realitas kondisi yang ada di wilayah IMM itu berada. Maka menjadi bagian yang sangat esensial bagi pimpinan/pengurus IMM yang berada dalam wilayah tersebut untuk membuat format gerakan yang ideal dan proporsional sesuai realitas kondisi. Hal ini pun penting untuk di sosialisasikan terhadap pimpinan yang ada diatas dan bawahnya, agar tercipta sinergitas untuk mewujudkan  visi-misi yang di idealkan. Adapun isi, sekaligus penjabarannya yaitu:


Visi:
“Membumikan  Gerakan Intelektual Profetik, Menuju Kader IMM Progresif  Berkeadaban”
Misi:
1. Internalisasi Ideologi IMM.
2. Optimalisasi Peran dan Fungsi Komisariat.
3. Individuasi-kolektivitas, kader dan antar komisariat.
4. Menumbuhkan  budaya religius-intelektual dan literasi.
5. Mengembangkan wacana keilmuan, integratif-transformatif  yang membudaya.

Penjelasan Visi-Misi:
Visi:
Dalam proses pembuatan visi tersebut di atas pimpinan koordinator komisariat (korkom) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ahmad Dahlan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto periode 2016/2017, dengan mempertimbangkan hasil musyawarh internal pimpinan korkom dan dengan melibatkan hasil visi-misi yang di produksi dari seluruh pimpinan komisariat, tentunya atas inspirasi yang telah di sampaikan oleh pendahulu IMM dan juga buku-buku yang membahas terkait IMM dan Muhammadiyah. Melihat realitas abad ke-21 sekarang ini, kemajuan peradaban barat berimplikasi terhadap peradaban dunia yang menciptakan masyarakat sekuler dengan terkikisnya nilai-nilai agama. Sebagai mahasiswa Islam peran actual-transformatif  sangat di tunggu-tunggu oleh masyarakat secara luas maupun dalam lingkup kampus. Untuk itulah kami membuat format gerakan yang mengintegrasikan nilai agama dan ilmu pengetahuan kontemporer yang di sesuaikan dengan disiplin masing-masing kader.
Mari kita blejeti satu persatu kalimat yang tertuang dalam visi di atas:
Ø  Membumikan: sebuah kata yang merepresentasikan sikap aktif dan penuh rasa antusias dalam bergerak, kata tersebut merupakan kiasan dari kata mewujudkan/merealisasikan, asa atau harapan organisatoris yang masih di atas langit gagasan/menara gading agar membumi untuk mampu di rasakan oleh objek yang di tuju.
Ø  Gerakan: ciri khas organisasi adalah bergerak aktif, baik dalam hal pemikiran maupun praksis keseharian. Membiasakan perilaku proaktiif merupakan  hal wajib bagi anak muda apalagi kaum intelektual/mahasiswa.
Ø  Intelektual Profetik: sebutan bagi seseorang yang berkecimpung dalam dunia perguruan tinggi dan gelar bagi mereka yang cerdas menganalisis segala persoalan disiplin keilmuannya masing-masing. Kaum intelektual pada dasarnya pekerja-pekerja budaya yang selalu berupaya agar kebudayaan berkembang menjadi suatu yang lebih beradab. asal kata profetik berasal dari prophet yang berarti Nabi. Intelektual profetik yaitu mereka yang memiliki kesadaran akan diri, alam dan Tuhan. Menisbatkan semua potensi yang di miliki sebagai pengabdian untuk kemanusiaan dengan melakukan humanisasi dan liberasi. Dijiwai dengan transendensi di semua dimensi kehidupan sesuai kompetensi yang dimiliki dalam rangka beribadah kepada Allah swt, sebagai perwujudan kholihatulloh fil ardh.
Ø  Menuju: kata yang menjembatani antara harapan terhadap tujuan yang di idealkan.
Ø  Kader: kader merupakan individu yang di harapkan akan memegang peran penting dalam organisasi, menjadi penggerak maupun yang di gerakan. Ciri khas kader itu memiliki mental pencari dan sebuah asset berharga dari sebuah organisasi untuk mampu di kembangkan untuk selanjutnya mengembangkan, tujuan yang di idealkan secara individu maupun organisatoris.
Ø  IMM: singkatan dari, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, sebuah organisasi kemahasiswaan dan juga merupakan organisasi otonom (ortom) persyarikatan Muhammadiyah, berdiri sejak 14 maret 1964 M.
Ø  Progresif: mempunyai arti, tindakan yang mengarah pada kemajuan, berhaluan ke arah perbaikan keadaan. Kata lain dari “berkemajuan”, yang merupakan penyesuaian Muktamar Muhammadiyah di Makassar 2015 yang mengusung tema “gerakan pencerahan menuju Indonesia berkemajuan”. Mengingat IMM adalah organisasi otonom Muhammadiyah, maka segala gerakan IMM merupaka pencerminan dari Muhammadiyah dalam konteks dunia kemahasiswaan.
Ø  Berkeadaban: sebagai organisasi dan basis massa kader yang mayoritas berada di wilayah perguruan tinggi, dalam hal ini kampus IAIN Purwokerto, maka di perlukan penyesuaian terhadap realitas kondisi yang ada di kampus tersebut, baik secara ruang social dan juga keilmuan yang di terima olehh kader itu sendiri, tanpa mendiskreditkan kader IMM yang berasal dari perguruan tinggi lain, seperti Universitas Terbuka dan STMIK AMIKOM Purwokerto. kata berkeadaban memiliki pengertian ketinggian tingkat kecerdasan lahir batin, yang juga menjadi Visi kampus IAIN Purwokerto itu sendiri yaitu excellent, Islamic, civilized.
Misi:
·         Internalisasi Ideologi IMM: sebuah bentuk pengkhayatan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi (pandangan hidup, tujuan hidup, ajaran dan cara yang di pergunakan untuk mencapai tujuan hidup tersebut) IMM. Ketika nilai-nilai ideology IMM telah terinternalisasi oleh kader-kadernya , maka akan berwujud sikap mantap, percaya diri, perilaku gerakan yang tercermin dari ideologi IMM itu sendiri oleh pimpinan/kader.
·         Optimalisasi Peran dan Fungsi Komisariat: optimalisasi merupakan proses tindakan untuk melakukan yang terbaik, peran dan fungsi komisariat secara universal yaitu melaksanakan perkaderan utama dan pendukung sebagai jalan untuk mencetak kader yang siap memimpin komisariat guna melanjutkan estafet kepemimpinan. Maka sebuah keniscayaan bagi komisariat untuk mengakomodir seluruh kader yang berada di komisariatnya untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam konteks administrasi keorganisasian maupun perkaderan. Jadi, pimpinan komisariat harus hadir dalam mewadahi segala kepentingan dan proses kaderisasi.
·         Individuasi-kolektivitas, kader dan antar komisariat: individuasi merupakan pengembangan diri, kader harus mengembangkan diri baik di internal IMM maupun di luar. Komisariat juga wajib mengembangkan diri untuk menciptakan kepemimpinan yang baik dan mempunyai asas kolektif-kolegial. Sedangkan kolektivitas merupakan bentuk kerja sama baik antar kader maupun antar komisariat.
·         Menumbuhkan  budaya religius-intelektual dan literasi: sesuai apa yang tertuang dalam tujuan IMM (akademisi islam), hal ini menyiratkan bahwa adanya korelasi erat antara nilai-nilai agama dan disiplin ilmu pengetahuan masing-masing kader dalam hal pemikiran maupun tindakan. Hal demikian harus di tumbuhkan agar tidak menciptakan masyarakat sekuler. Sedangkan literasi adalah kemampuan membaca dan menulis, hal ini sangat penting di tumbuhkan sebagai budaya masyarakat ilmu/mahasiswa.
·         Mengembangkan wacana keilmuan, integratif-transformatif  yang membudaya: IMM merupakan refleksi Muhammadiyah yang bergerak di ranah kemahasiswaan, yang mempunyai corak pikir sistematis dan rasional. Integrative-transformatif artinya pembauran sehingga menjadi kesatuan utuh antara disiplin keilmuan kader/jurusan dengan IMM dan mampu merubahnya menjadi baik tanpa kehilangan basis identitas yang di millikinya. Tindakan ini harus di lakukan secara membahagiakan, massif dan berkelanjutan/membudaya.
Gambaran Umum 4 Komisariat & Proses Perkaderannya.
            IAIN Purwokerto saat ini memiliki 5 fakultas, yaitu FTIK, Syari’ah, Dakwah, FEBI, dan FUAH. Namun, anggota/kader IMM yang ada di komisariat bukan hanya berasal dari kampus ini saja, tapi juga berasal dari kampus lain, ialah STMIK AMIKOM Purwokerto dan Universitas Terbuka. Pemilihan nama komisariat merupakan urutan dari Ketua Muhammadiyah setelah KH. Ahmad Dahlan, yaitu Ibrahim, Hisyam, Mas Mansur, dan Ki Bagus Hadikusumo.
1.      Komisariat Ibrahim
Merupakan sebuah komisariat yang memiliki basis kader dari jurusan PAI, MPI, PBA dalam Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan ( FTIK) IAIN Purwokerto. Proses perkaderan yang ada di komisariat ini dilakukan dengan 2 macam; pertama perkederan formal dengan mengikutsertakan kader-kadernya dalam kegiatan DAD, DAM dan LID. kedua, melalui perkaderan non formal dengan mengajak mengikuti pelatihan, seminar, workshop dst. 1 pimpinan mengkader atau melakukan pendekatan emosional 2 anngota/kader.
Adapun Visi-misi PK IMM Ibarhim yaitu:
Visi: “Membentuk Kader Ibrahim yang Berintelektual Profetik Guna Mengimplementasikan Ilmu Kependidikannya”.
Misi: Menjalankan Kegiatan-Kegiatan yang Bertujuan Pada Ketercapaiannya Program Kerja Secara Maksimal”.
2.      Komisariat Hisyam
Merupakan sebuah komisariat yang memiliki basis kader dari Fakultas Syariah dan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI). Untuk mengoptimalkan perkaderan yang ada, PK IMM Hisyam membuat visi-misi yang terukur dan proporsional, guna menunjang kualitas kader. adapun visi-misi nya yaitu:
Visi “Mengupayakan terwujudnya sendi-sendi intelektualitas sebagai basis gerakan kader ikatan progresif yang berasaskan dengan nilai-nilai religiusitas”.
Misi:
o   Membangun kesadaran kritis dalam diri kader terhadap gerakan IMM
o   Menyertakan nlai-nilai religiusitas dalam setiap aktivitas dan program kerja Pimpinan Komisariat Hisyam
o   Menggolakan budaya keilmuan: membaca, diskusi dan menulis menjadi kebiasaan yang melekat pada diri kader Komisariat Hisyam
o   Mendukung, mewadahi pengembangan minat dan bakat kader
o   Memberikan kontribusi pada pengembangan pengetahuan di bidang hukum dan ekonomi.
3.      Komisariat Mas Mansur
Merupakan sebuah komisariat yang memiliki basis kader dari Fakultas Dakwah, FUAH, Kampus STMIK AMIKOM Purwokerto dan Universitas Terbuka. Adapun visi-misi PK IMM Mas Mansur yaitu:
Visi: “Unggul, Progresif, Tangguh.
Misi: Membentuk kader Mas Mansur yang unggul dalam keberagaman, progresif dalam pergerakan, dan tangguh dalam berdakwah.

4.      Komisariat Ki Bagus Hadi Kusumo
Merupakan Komisariat yang memiliki basis kader yang berasal dari Jurusan PGMI, Tadris Matematika, PIAUD, dan Tadris Matematika. Adapun visi-misi PK IMM Ki Bagus Hadikusumo yaitu:
Visi: “Penanaman Militansi Kader Dalam Proses Perkaderan IMM Komisariat Ki Bagus Hadikusumo”
Misi:
·         Optimalisasi proses perkaderan ikatan guna terwujudnya kader militan berperadaban.
·         Mewujudkan kemandirian komisariat dalam sinergitas IMM IAIN Purwokerto.
Penutup
Mengutamakan asas kolektif-kolegial merupakan basis kita dalam berorganisasi, dalam setiap keputusan organisasi kami selalu mengusahakan agar proses yang nyaman, berkualitas dan penuh martabat selalu hadir dalam setiap nafas gerakan kita dalam ber-IMM. Secara komprehensif, 4 komisariat yang ada di korkom ahmad dahlan dalam proses perkaderannya lebih memilih untuk melakukan individuasi dan kolektifitas, baik pada diri kader maupun komisariatnya.

          Perkaderan merupakan roh sekaligus spirit dalam sebuah organisasi, terlebih IMM. Apalagi IMM yang berada dalam bingkai kampus non Muhammadiyah. Membutuhkan energi yang lebih untuk mampu memberikan sumbangsih karya yang dapat di banggakan. Butuh keringat yang di kuras jauh lebih banyak untuk mampu berdiri di garda terdepan dalam hal kebaikan. Slogan Anggun dalam moral semoga bukan hanya sebuah label yang sekedar omong kosong belaka, ungul dalam intelektual semoga bukan hanya manis di bibir saja, akan tetapi semangat dan komitmen yang membara, itulah lawan resmi dari kebodohan dan kemalasan.
                Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah akan baik atau tidak, jawabannya kembali ke diri kita masing-masing. Sudah maksimalkah kita dalam mengemban amanah organisasi, sudah seriuskah kita dalam menyemai IMM dalam dada. Bagi saya, tidak ada organisasi yang baik ataupun organisasi yang buruk, yang ada hanya organisasi yang di urus dengan baik atau organisasi yang di urus dengan buruk. Jangan sekali-kali mempertanyakan apa yang sudah IMM berikan pada kita, tapi tanyakanlah apa yang sudah kita berikan untuk IMM.
            Mengenal belum tentu memahami, memahami belum tentu mengenal. Mari kita senantiasa memahami IMM secara kaffah, untuk mengerti dan memahami “mau di bawa kemana IMM kita ini”.

Wallohu a’lam.
Banyumas, 28 April 2017.


[1]Ketua korkom IMM Ahmad Dahlan IAIN Purwokerto, periode 2016/2017.
[2]Suwarno & Asep Daud, Dinamika Sosial Gerakan Muhammadiyah di Banyumas, (Purwokerto: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 34.
[3]Ibid., hlm. 37.
[4]Dulu bernama Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, berganti menjadi IAIN Walisongo Semarang, lalu berubah menjadi STAIN Purwokerto dan pada awal tahun 2015, alih statuta menjadi IAIN Purwokerto sampai sekarang.
[5]Penulis menerima informasi dari apa yang di sampaikan langsung dalam sebuah kegiatan di IMM maupun Muhammadiyah.
[6]Ketetapan hasil pembahasan kaidah korkom PC IMM Banyumas pada tanggal 29 Dzulhijjah 1437 H bertepatan dengan 01 oktober 2016 M, bertempat di Ruang Sidang Baru FKIP, UM Purwokerto.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-