Kalau saya amati dari dekat ataupun jauh, orang-orang
yang normal pasti berfikiran tentang profesi atau yang lebih jujurnya soal
pekerjaan. Setiap orang memang bisa berprofesi atau bekerja sebagai apapun.
Namun tidak semua orang benar-benar menyukai pekerjaannya. Prinsip dasar orang
bekerja, adalah untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan. Kalau di era
saat ini, maka ketambahan satu poin kebutuhan, yaitu colokan HaPe.
Untuk sampai pada sebuah kesimpulan profesi atau
pekerjaan, setiap orang memiliki perjalanan lika-likunya masing-masing. Ada
yang dulu berdagang, lalu banting setir menjadi buruh. Ada yang dulu menjadi
karyawan perusahaan, lalu beralih menjadi driver ojek online. Ada pula yang
dulunya bergerak di bidang pendidikan, bisa membelok ke wilayah
enterpreneurship. Dan sederet perpindahan-perpindahan profesi atau pekerjaan
lainnya, yang kerap mencengangkan orang yang melihatnya, atau dirinya sendiri
juga terperanga dengan jalan hidupnya sendiri.
Idiom “siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan
mengenal Tuhannya”. Hal ini menandakan bahwa, diksi “mengenal” adalah yang
sangat penting. Mengenal itu tujuan, sedangkan proses untuk sampai mengenal itu
gampangannya ya “kenalan”.
Jalan yang wajib ditempuh menuju mengenal ini, tidaklah
mudah. Kalau ujung mengenalnya tentu jawabnya hanya ada saat kita bertemu
dengan sang pencipta. Kalau kita masih berada di dunia, berarti kita masih
dalam “maqom nyicil-nyicil tuk sending”.
Orang Jawa memiliki sebuah prinsip “topo ngrame”, yang
mengandung arti tetap fokus terhadap tujuan ditengah dinamika internal dan
eksternal. Idiom tersebut memberikan sebuah energi dalam menapaki realitas
kehidupan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, topo ngrame memiliki spirit
untuk tidak bersikap iri terhadap apa yang menjadi jalan orang lain, yang
sejatinya setiap jalan yang dimiliki oleh orang ialah jalan sunyinya
masing-masing.
Dalam hidup ini, kita tidak boleh luput dari sebuah
konsepsi terkait tujuan. Tujuan punya jangka, yaitu jangka panjang dan jangka
pendek. Kalau jangka panjang itu merupakan pangkal dari tujuan jangka pendek.
Jangka pendek dengan jangka panjang harus terhubung dan terkait. Sebagai
permisalan yang paling sederhana adalah, ketika kita memiliki tujuan untuk
sampai di Jogja, kalau saat ini kita berada di Solo maka jalang yang harus
ditempuh adalag melewati Klaten. Dan masih banyak permisalan yang lainnya.
Namun yang paling substansial adalah “selamat”. Selamat
itu menuju Alloh, sebagai bentuk tujuan jangka panjang. Sedangkan tujuan jangka
pendeknya ialah melakukan apapun yang dapat mendekatkan pada tujuan menuju
Alloh tersebut. Apakah kita dalam kondisi sakit ataupun sempit, yang terpenting
adalah mendekatkan diri pada jalan menuju Alloh.
Topo ngrame, harus dijadikan sebuah prinsip hidup dalam
rangka menemukan kesejatian diri. Paling minimal agar kita tidak resah atas apa
yang dimiliki oleh orang lain, yang kerap menghindarkan diri kita terhadap
target yang kita miliki sendiri. Akan tetapi yang wajib kita kendalikan dalam
peran dan dalam arena apapun itu, adalah menjadikan Alloh sebagai shohibu baiti
(Alloh penghuni utama jiwaku), bukan setan yang menyerupai manusia, maupun
manusia yang menyerupai setan.
Wallohu a’lam.
Klaten, 27 Agustus 2019.
Comments
Post a Comment