Skip to main content

Apa Ada Angin di Surakarta (25)


Oh..

Teganya dikau, kembali menyelinap dalam benak yang ringkih ini, membersamai mesra malamnya angin di Surakarta.

Wajahmu, ternyata gagal aku lupakan begitu saja. Angin di Surakarta-lah ternyata, yang membawa bayangan "pedih" itu.

Sejuta wajah, sejuta makna. Itulah simpulan sementaraku. Sesaat setelah lampu-lampu tengah bersinar menetap, pada langit-langit atap rumah ini.

Walaupun tak dapat ku gapai, apa yang disebut sebagai dermaga harapan, setidaknya aku pernah "mencicipi" tatapan anggunmu, ditengah Kota waktu itu.

Saat selimut dinginnya derai gerimis pusat Kota waktu itu, aku menatapmu tengah tersenyum, sambil memegang kertas skripsi yang sedang engkau kerjakan, kemudian engkau pun menyodorkan-memperlihatkan padaku.

Aku pun sontak, ikut tersenyum, melihat wajah cantikmu merakah indah. Sembari, aku membelikanmu teh manis kesukaanmu kala itu.

Sungguh momen yang indah, namun perih untuk di kenang. Sebab, dirimu hanyalah selintas dari kisah indah, yang kemudian hilang ditengah pilihan hatimu, yang itu bukanlah hatiku.

Wahai angin di Surakarta..
Kabarkan padanya, bahwa aku baik-baik saja, melihatnya bahagia bersamanya.

Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 15 November 2019.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-